Situational Judgement Test (SJT) Guru Edisi Pertama

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi pedagogik dengan tema Perencanaan Pembelajaran, indikatornya adalah kemampuan menyesuaikan rencana pembelajaran terhadap situasi yang tidak terduga tanpa kehilangan esensi tujuan pembelajaran.

(A) Skor 2 – Menunda kegiatan bisa membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai pada waktu yang direncanakan, dan membaca teori tidak cukup mewakili aspek keterampilan sosial yang harus dilatih.

(B) Skor 5 – Opsi ini menunjukkan kemampuan adaptasi tinggi dari guru dalam mengalihkan metode belajar tanpa mengorbankan capaian pembelajaran. Kegiatan simulasi di dalam kelas tetap memungkinkan siswa melatih kerja sama dan membuat keputusan secara kontekstual.

(C) Skor 3 – Memberikan makalah memberi penguatan teori, namun kurang sesuai untuk mencapai tujuan keterampilan praktis dan sosial dalam kerja sama.

(D) Skor 1 – Mengubah total menjadi teori tidak sejalan dengan tujuan keterampilan bermain tim yang aktif. Menjanjikan praktik di lain hari bisa membuat kehilangan momentum.

(E) Skor 4 – Diskusi tentang konsep kerja sama membantu pemahaman, namun masih belum mengakomodasi pengalaman langsung atau praktik yang seharusnya menjadi fokus utama pembelajaran PJOK.

Pembahasan:

Soal ini menguji kemampuan guru dalam mengevaluasi efektivitas perencanaan pembelajaran dan melakukan revisi strategi berdasarkan hasil asesmen formatif selama proses berlangsung.

(A) Skor 2 – Menambah petunjuk bisa membantu, namun tidak menyelesaikan akar masalah yaitu ketidaktuntasan prasyarat.

(B) Skor 4 – Menurunkan kompleksitas soal membantu transisi, namun jika tidak dibarengi penguatan konsep dasar, siswa bisa tetap kesulitan.

(C) Skor 1 – Tugas rumah tidak menjamin penguasaan, dan langsung melanjutkan topik bisa memperlebar kesenjangan pemahaman.

(D) Skor 5 – Strategi ini sangat tepat karena langsung mengatasi permasalahan dasar. Memberi penguatan sebelum lanjut memungkinkan siswa memahami konteks dan tujuan pembelajaran dengan lebih baik.

(E) Skor 3 – Pendekatan ini memberi ruang kolaborasi, tetapi masih tergantung pada kemampuan siswa menjelaskan, dan bukan intervensi langsung dari guru.

Pembahasan:

Soal ini menilai kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi pembelajaran dan menciptakan solusi perencanaan berdasarkan keragaman gaya belajar siswa agar pembelajaran lebih inklusif.

(A) Skor 2 – Menambah bacaan akan memperkuat gaya belajar tertentu, tetapi tetap tidak merespons keberagaman kebutuhan siswa secara menyeluruh.

(B) Skor 4 – Jadwal tambahan bisa efektif, namun bukan solusi jangka panjang bila metode pengajarannya tidak berubah.

(C) Skor 5 – Ini adalah pendekatan terbaik karena merancang ulang pembelajaran yang responsif terhadap gaya belajar akan meningkatkan peluang keterlibatan seluruh siswa dan meminimalkan ketimpangan hasil belajar.

(D) Skor 1 – Refleksi bermanfaat, tetapi tidak cukup untuk mengatasi kesulitan belajar tanpa adanya perubahan konkret dari guru.

(E) Skor 3 – Presentasi mandiri dapat mendorong kreativitas, namun tidak semua siswa memiliki kemampuan belajar mandiri yang kuat, sehingga perlu bimbingan terlebih dahulu.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi pedagogik dengan fokus pada evaluasi dalam perencanaan pembelajaran. Indikatornya adalah kemampuan guru dalam merefleksikan efektivitas asesmen dan menyesuaikannya agar mampu membedakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi secara lebih mendalam.

(A) Skor 2 - Mengganti model menjadi pilihan ganda dapat membantu analisis cepat, namun tetap tidak menjamin asesmen mampu menggali pemahaman konsep secara mendalam.

(B) Skor 5 - Ini adalah opsi terbaik karena menunjukkan refleksi terhadap bentuk evaluasi dan indikator yang digunakan. Soal yang mengukur berpikir kritis akan lebih efektif membedakan pemahaman dan hafalan.

(C) Skor 3 - Menambah soal bisa memperluas cakupan, tapi belum tentu bisa menilai kedalaman pemahaman tanpa mengubah tipe soalnya.

(D) Skor 1 - Penyesuaian waktu tidak menyentuh akar masalah yaitu kurang tepatnya bentuk evaluasi dalam membedakan pemahaman.

(E) Skor 4 - Memberi tugas lanjutan bisa bermanfaat, namun belum menjawab masalah utama yaitu soal evaluasi yang kurang menggali tingkat pemahaman.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi pedagogik pada aspek perencanaan pembelajaran yang memperhatikan keberagaman tingkat pemahaman siswa. Indikatornya adalah kemampuan guru dalam memilih pendekatan yang memfasilitasi kebutuhan belajar beragam secara adil dan efektif.

(A) Skor 2 - Memberikan latihan remedial dan pengayaan berguna, namun pendekatan ini hanya dilakukan di akhir, bukan dari awal saat perencanaan.

(B) Skor 1 - Satu metode untuk semua siswa kurang efektif karena tidak mempertimbangkan perbedaan karakteristik siswa.

(C) Skor 5 - Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi yang paling tepat karena sejak awal sudah merancang kegiatan dan materi sesuai kebutuhan siswa yang beragam.

(D) Skor 3 - Pendekatan kolaboratif bisa membantu, tetapi jika tidak diarahkan dengan baik, bisa menimbulkan ketimpangan beban belajar.

(E) Skor 4 - Mengulang materi dasar berguna untuk kelompok yang tertinggal, namun bisa membuat kelompok yang sudah paham kehilangan tantangan belajar.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi pedagogik dengan tema Strategi Pembelajaran, khususnya kemampuan menganalisis keefektifan pendekatan yang digunakan dan menyesuaikannya dengan karakteristik siswa.

(A) Skor 5 - Strategi yang aktif dan partisipatif sangat efektif untuk mengatasi kebosanan dan meningkatkan fokus siswa. Pendekatan ini mendorong keterlibatan langsung siswa, sesuai dengan prinsip pembelajaran aktif.

(B) Skor 2 - Memberi jeda bisa membantu, namun tidak menyelesaikan masalah strategi pembelajaran yang monoton dan kurang variatif.

(C) Skor 4 - Kuis bisa membantu menjaga perhatian, namun tetap belum mengubah pola pembelajaran menjadi lebih interaktif.

(D) Skor 3 - Humor bisa membantu suasana, tetapi hanya sebagai variasi sesaat, bukan solusi jangka panjang untuk meningkatkan keterlibatan.

(E) Skor 1 - Menegur atau mengingatkan siswa bukan strategi pembelajaran, dan tidak menyentuh akar masalah yang ada.

Pembahasan:

Soal ini menilai kompetensi pedagogik, khususnya kemampuan mengevaluasi implementasi strategi pembelajaran terhadap hasil belajar. Guru dituntut menelaah hubungan antara aktivitas dan pencapaian tujuan pembelajaran.

(A) Skor 2 - Tambahan waktu bisa membantu, tetapi akar masalah ada pada desain strategi, bukan waktu belajar.

(B) Skor 1 - Mengubah rubrik agar nilai lebih tinggi tidak menyelesaikan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi.

(C) Skor 3 - Memastikan kesiapan siswa penting, tetapi belum menjawab kebutuhan akan pemahaman konseptual.

(D) Skor 4 - Penilaian ini cukup reflektif, tetapi belum memberikan solusi konkret untuk meningkatkan pemahaman.

(E) Skor 5 - Langkah ini mencerminkan evaluasi yang menyeluruh, menghubungkan aktivitas dengan tujuan belajar dan memberikan penguatan konseptual secara sistematis.

Pembahasan:

Soal ini menguji kompetensi pedagogik, terutama kemampuan menciptakan solusi pembelajaran yang inklusif dan responsif terhadap keragaman karakter siswa.

(A) Skor 4 - Format yang terstruktur bisa membantu, namun belum tentu memfasilitasi siswa yang memiliki hambatan personal dalam berbicara.

(B) Skor 5 - Strategi ini menunjukkan pemahaman terhadap keragaman siswa dan merancang pendekatan berbeda agar semua siswa tetap bisa berkembang sesuai karakternya.

(C) Skor 3 - Poin partisipasi mendorong keterlibatan, tapi bisa menjadi tekanan bagi siswa yang sangat pemalu.

(D) Skor 2 - Latihan tambahan bisa berguna, namun belum tentu menyentuh akar persoalan, yakni kenyamanan metode.

(E) Skor 1 - Menggabungkan siswa pemalu dengan siswa dominan tidak menjamin mereka berpartisipasi, justru bisa menambah tekanan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi pedagogik dengan tema strategi pembelajaran, khususnya pada kemampuan menganalisis efektivitas media dan metode dalam merangsang partisipasi siswa. Masalah utamanya adalah kurangnya interaktivitas meskipun media interaktif sudah digunakan, artinya strategi perlu disesuaikan agar diskusi hidup dan keterlibatan meningkat.

(E) Skor 5 - Menyusun pertanyaan pemandu sebelum video membantu siswa fokus pada aspek tertentu saat menonton. Ini akan memancing rasa ingin tahu, perhatian, dan memudahkan mereka terlibat dalam diskusi setelahnya.

(C) Skor 4 - Mencatat poin penting bisa melatih kemampuan menyimak, namun tidak otomatis mendorong keterlibatan diskusi karena bersifat individual.

(A) Skor 3 - Memberi kuis bisa mengevaluasi pemahaman, tetapi tidak secara langsung memperbaiki kualitas diskusi atau interaksi.

(B) Skor 2 - Mengulang video bisa membuat siswa bosan jika tidak ada pendekatan baru yang menyertainya. Ini kurang efektif tanpa penguatan strategi partisipatif.

(D) Skor 1 - Menonton di rumah bisa mengurangi peluang pembelajaran interaktif di kelas. Ini bisa membuat pembelajaran makin pasif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi pedagogik dengan tema strategi pembelajaran, khususnya pada kemampuan menyesuaikan level kognitif soal dengan kesiapan siswa dan mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi.

(A) Skor 1 - Mengganti dengan soal biasa adalah langkah mundur dari tujuan awal meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Ini tidak menyelesaikan tantangan pembelajaran.

(B) Skor 5 - Memberi contoh pemecahan kasus bisa menjadi jembatan efektif agar siswa memahami pola berpikir yang diharapkan dalam soal HOTS. Ini langkah pembinaan yang strategis.

(C) Skor 3 - Memberi penilaian tambahan bisa menjadi motivasi, namun tidak menjamin siswa akan memahami proses berpikir kritis secara mendalam.

(D) Skor 4 - Menyisipkan soal HOTS perlahan efektif untuk membiasakan siswa, tapi masih kurang untuk membentuk pemahaman awal.

(E) Skor 2 - Diskusi kelompok bisa membantu, namun tanpa penjelasan atau contoh pemecahan, siswa mungkin tetap kesulitan memahami konteks HOTS.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi pedagogik dengan tema evaluasi pembelajaran, khususnya kemampuan mengevaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran melalui analisis hasil ulangan dan respons siswa selama proses belajar.

(A) Skor 2 - Menjelaskan ulang hanya dari sisi rumus bisa mempersempit pemahaman dan kurang menjawab potensi kesalahan konsep yang lebih dalam.

(B) Skor 1 - Mengubah metode menjadi ceramah bisa mengurangi partisipasi aktif siswa dan bukan solusi atas miskonsepsi atau kelemahan soal.

(C) Skor 3 - Ulangan ulang memang dapat memverifikasi hasil, tapi tidak menjelaskan akar masalah jika penyebabnya berasal dari proses pembelajaran atau rancangan soal.

(D) Skor 5 - Penelaahan terhadap soal dan strategi mengajar merupakan langkah reflektif yang mendalam. Bisa jadi soal tidak sesuai indikator, atau pendekatan pembelajaran tidak menekankan aspek penting dari gaya gesek.

(E) Skor 4 - Menanyakan langsung ke siswa membuka ruang dialog dan dapat memberi petunjuk tentang bagian konsep yang belum dipahami, tetapi ini perlu dilengkapi dengan analisis lebih lanjut.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi pedagogik, dengan indikator mengevaluasi efektivitas program remedial dan menyesuaikannya berdasarkan hasil belajar siswa.

(A) Skor 1 - Mengubah soal ujian justru mengalihkan fokus dari perbaikan strategi pembelajaran ke perubahan standar evaluasi, yang tidak menyelesaikan akar masalah.

(B) Skor 2 - Tugas tambahan bisa membantu latihan, tetapi jika siswa belum memahami konsep, ini tidak efektif tanpa bimbingan.

(C) Skor 5 - Analisis menyeluruh terhadap proses remedial sangat penting karena membantu guru mengetahui apakah metode dan materi sudah tepat sasaran. Evaluasi ini menjadi dasar perbaikan pembelajaran lanjutan.

(D) Skor 3 - Membandingkan hasil dapat memberi gambaran dampak remedial, tetapi tidak memberi informasi tentang aspek mana dari program tersebut yang perlu diperbaiki.

(E) Skor 4 - Kolaborasi dengan orang tua merupakan pendekatan yang baik untuk meningkatkan dukungan belajar siswa, tetapi tidak cukup jika proses remedialnya sendiri tidak efektif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi pedagogik, terutama kemampuan guru dalam menggunakan hasil evaluasi untuk memperbaiki proses pembelajaran dan menyusun perencanaan pembelajaran lanjutan.

(A) Skor 1 - Mengubah soal menjadi pilihan ganda tidak menjawab tujuan awal pembelajaran argumentatif dan tidak meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

(B) Skor 2 - Remedial untuk nilai rendah tidak menyelesaikan tantangan semua siswa, karena masalahnya lebih ke keterampilan, bukan sekadar nilai.

(C) Skor 3 - Menurunkan kesulitan soal hanya memberi solusi sementara, tidak menyasar akar kesulitan siswa.

(D) Skor 4 - Penilaian lebih ringan dapat mengurangi beban siswa, tetapi tidak memperbaiki kesulitan dalam menyusun argumen.

(E) Skor 5 - Strategi merancang pembelajaran yang berfokus pada latihan bertahap menunjukkan respons konstruktif terhadap kelemahan siswa. Ini menunjukkan penggunaan hasil evaluasi sebagai dasar perbaikan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi pedagogik dalam aspek evaluasi pembelajaran, khususnya pada indikator menyusun dan merevisi instrumen evaluasi sesuai dengan tujuan dan indikator pembelajaran. Soal ini menuntut kemampuan guru untuk mengevaluasi dan memperbaiki kesesuaian antara tujuan dan alat ukur pembelajaran.

(A) Skor 2 - Mengganti rubrik dengan instrumen lain yang praktis bisa menyederhanakan tugas guru, tetapi berisiko tidak sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang spesifik.

(B) Skor 3 - Meningkatkan pembelajaran bisa membantu siswa, tetapi tidak menyelesaikan akar masalah ketidaksesuaian antara rubrik dan tujuan pembelajaran.

(C) Skor 1 - Mengubah tujuan pembelajaran demi menyesuaikan rubrik bukan langkah tepat karena tujuan pembelajaran harus menjadi acuan utama, bukan rubrik.

(D) Skor 5 - Merevisi rubrik penilaian agar sesuai dengan tujuan pembelajaran adalah langkah paling tepat karena menjamin keterukuran hasil belajar sesuai kompetensi yang ditargetkan.

(E) Skor 4 - Menggabungkan rubrik bisa memperkaya sudut pandang, namun belum tentu menyelesaikan masalah ketidaksesuaian antara rubrik dan tujuan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi pedagogik, khususnya pada kemampuan mengevaluasi keadilan dan efektivitas instrumen evaluasi. Guru perlu melakukan refleksi dan analisis instrumen ketika ditemukan ketidaksesuaian distribusi nilai siswa.

(A) Skor 3 - Menyesuaikan KKM bisa memberikan toleransi nilai, namun tidak serta merta menjawab permasalahan validitas dan keadilan evaluasi.

(B) Skor 2 - Mengulang semua proses evaluasi terlalu ekstrem dan kurang efisien jika belum dilakukan analisis instrumen terlebih dahulu.

(C) Skor 4 - Pengulangan materi bisa meningkatkan pemahaman siswa, tapi bukan solusi langsung terhadap persoalan kualitas instrumen evaluasi.

(D) Skor 1 - Mengelompokkan siswa bisa membantu pembinaan, namun bukan fokus utama dalam konteks analisis keadilan alat ukur.

(E) Skor 5 - Melakukan analisis butir soal adalah langkah paling tepat karena dapat mengidentifikasi apakah soal yang dibuat sudah valid, proporsional, dan memiliki daya beda yang baik.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi pedagogik dalam hal pengelolaan kelas berbasis kolaboratif, khususnya strategi pemerataan peran siswa dalam diskusi kelompok. Ini masuk dalam kategori HOTS karena menuntut analisis situasi dan penciptaan solusi praktis yang sesuai konteks.

(A) Skor 4 - Menyusun ulang kelompok bisa membantu, tapi hanya solusi jangka pendek. Belum tentu menyelesaikan ketimpangan partisipasi jika pola perilaku siswa tetap.

(B) Skor 5 - Memberikan peran spesifik (seperti pencatat, penyaji, pengamat) memaksa setiap siswa mengambil bagian sesuai fungsinya. Strategi ini efektif mendorong partisipasi seimbang secara struktural.

(C) Skor 2 - Menambah waktu diskusi belum tentu efektif jika struktur partisipasi tidak diperjelas. Bisa membuat siswa pasif tetap tidak terlibat.

(D) Skor 3 - Strategi ini bisa membuat siswa merasa semua akan ditanya, tapi belum tentu membuat mereka aktif dalam proses diskusi itu sendiri.

(E) Skor 1 - Menunjuk siswa pasif bisa membuat mereka terpaksa aktif, tapi tidak membangun keterlibatan alami dan bisa membuat mereka tertekan.

Pembahasan:

Soal ini menguji kompetensi pengelolaan kelas pada aspek mengendalikan dinamika kelas tanpa mengganggu proses pembelajaran. Termasuk kategori HOTS karena menuntut kemampuan mengevaluasi dan memilih tindakan tepat saat muncul gangguan interaksi antarsiswa.

(A) Skor 3 - Memindahkan posisi duduk bisa membantu mencegah konflik lanjutan, namun ini baru bisa dilakukan setelah konflik ditangani terlebih dahulu.

(B) Skor 2 - Menegur di depan kelas bisa mempermalukan siswa dan memicu resistensi emosional.

(C) Skor 1 - Mengabaikan dan melanjutkan pembelajaran berisiko membuat siswa merasa tidak terkendali dan konflik berkembang.

(D) Skor 4 - Memberi tugas individu bisa meredam suasana tetapi bukan solusi jangka panjang terhadap konflik interpersonal yang harus diselesaikan.

(E) Skor 5 - Langkah ini mengendalikan situasi langsung dengan tenang tanpa mempermalukan siswa. Menunda intervensi verbal dan menangani setelah kelas adalah pendekatan pedagogis yang tepat.

Pembahasan:

Soal ini menilai pemahaman kompetensi pedagogik terkait strategi pengelolaan kelas heterogen, yang masuk dalam ranah HOTS karena memerlukan kemampuan menciptakan solusi diferensiatif dalam pembelajaran.

(A) Skor 5 - Diferensiasi adalah strategi paling tepat untuk menangani siswa dengan beragam kemampuan dan karakter. Ini membantu semua siswa berkembang sesuai potensi masing-masing.

(B) Skor 4 - Pengaturan tempat duduk strategis bisa membantu interaksi positif, tapi belum tentu cukup tanpa diferensiasi tugas.

(C) Skor 3 - Sistem poin dapat meningkatkan motivasi, namun tidak selalu relevan dengan kebutuhan akademik yang berbeda.

(D) Skor 2 - Memberi perhatian lebih pada siswa lemah penting, namun tidak adil jika mengurangi atensi bagi siswa lain.

(E) Skor 1 - Waktu tambahan di rumah bisa membantu, tapi belum menyentuh inti pengelolaan kelas di dalam sesi pembelajaran.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi pedagogik dengan tema pengelolaan kelas, khususnya pada aspek refleksi guru terhadap situasi kelas yang tidak kondusif selama pembelajaran kelompok. Indikator yang diukur adalah kemampuan guru dalam mengevaluasi strategi manajemen kelas serta melakukan perbaikan berbasis kesadaran dan keterlibatan siswa.

(A) Skor 2 - Mengganti metode pembelajaran kelompok dengan ceramah bisa jadi solusi sementara, tetapi tidak menyentuh akar permasalahan dan justru mengurangi interaktivitas yang penting dalam proses belajar.

(B) Skor 5 - Mengevaluasi penerapan aturan yang ada dan melibatkan siswa dalam penyusunan atau penyesuaiannya menunjukkan sikap reflektif, partisipatif, dan adaptif. Ini membangun rasa memiliki terhadap aturan dan dapat meningkatkan kedisiplinan siswa secara berkelanjutan.

(C) Skor 3 - Melibatkan guru lain sebagai pengawas bisa membantu secara teknis, namun bukan solusi jangka panjang karena tidak membentuk kemandirian pengelolaan kelas dari guru itu sendiri.

(D) Skor 1 - Menambah poin pelanggaran berisiko memunculkan suasana represif dan kurang mendidik. Ini mengandalkan hukuman daripada pendekatan preventif atau dialogis.

(E) Skor 4 - Memberi tugas individu dapat membantu mengurangi kebisingan, namun hanya menjadi alternatif teknis dan tidak menyelesaikan masalah keterampilan manajemen kelompok di kelas Bu Rani.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Pedagogik dengan fokus pada penanganan kesulitan belajar siswa. Indikatornya adalah kemampuan guru mengenali kebutuhan individual siswa dan menyesuaikan strategi pembelajaran berdasarkan analisis penyebab kesulitan.

(A) Skor 2 - Memberikan latihan tambahan bisa berguna, namun jika metode pengajaran belum sesuai dengan gaya belajar Dito, latihan tersebut berisiko tidak efektif.

(B) Skor 4 - Menyampaikan kembali materi secara perlahan dan memberi catatan adalah langkah yang membantu, namun belum tentu menjawab kebutuhan spesifik Dito.

(C) Skor 5 - Menyesuaikan metode mengajar berdasarkan gaya belajar siswa adalah langkah paling tepat. Media konkret atau visual sangat efektif untuk konsep abstrak seperti pecahan.

(D) Skor 3 - Bertanya kepada orang tua dapat memberi wawasan tambahan, tetapi belum langsung menyentuh akar persoalan dalam proses belajar di kelas.

(E) Skor 1 - Mengelompokkan dengan teman pintar belum tentu efektif karena bisa menimbulkan ketergantungan atau perasaan tidak nyaman pada Dito.

Pembahasan:

Soal ini menguji kemampuan guru dalam menganalisis hasil belajar siswa, mengevaluasi pendekatan yang digunakan, dan menciptakan solusi pembelajaran yang lebih efektif dan interaktif.

(A) Skor 3 - Jadwal tambahan bisa membantu, tetapi perlu pendekatan yang menyenangkan agar siswa tidak merasa terbebani.

(B) Skor 5 - Melibatkan siswa dalam refleksi dan menggunakan pendekatan eksperimen atau simulasi mendorong keterlibatan aktif dan pemahaman yang lebih mendalam.

(C) Skor 2 - Memberi soal tambahan belum tentu menyelesaikan masalah pemahaman, apalagi jika penyebabnya adalah kurangnya minat atau pendekatan yang tidak sesuai.

(D) Skor 1 - Ceramah dapat membuat siswa makin pasif dan tidak melibatkan mereka dalam proses belajar aktif.

(E) Skor 4 - Memberi video edukatif cukup membantu dan lebih menarik, tapi tetap perlu interaksi langsung agar lebih bermakna.

Pembahasan:

Soal ini menekankan kemampuan guru dalam mengevaluasi proses pembelajaran dan mengambil tindakan berdasarkan data untuk mendukung siswa yang mengalami kesulitan belajar.

(A) Skor 2 - Menyederhanakan soal dapat menurunkan standar pembelajaran dan tidak menjawab sumber kesulitan siswa.

(B) Skor 1 - Menyampaikan hasil ulangan di depan kelas berisiko mempermalukan siswa dan bukan pendekatan yang mendidik.

(C) Skor 3 - Tes ulang bisa memberi gambaran kemampuan siswa, tetapi sebaiknya dilakukan setelah identifikasi penyebab kesulitan.

(D) Skor 5 - Menganalisis kesalahan dan berdiskusi bersama siswa mencerminkan pendekatan reflektif dan partisipatif yang mendalam.

(E) Skor 4 - Lembar kerja tambahan dapat membantu, tetapi perlu disertai pemahaman mengenai kesulitan utama yang dihadapi siswa.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Pedagogik dalam konteks penanganan kesulitan belajar siswa, dengan indikator kemampuan guru dalam menganalisis masalah belajar siswa dan menciptakan solusi pembelajaran yang responsif dan inklusif. Skenario menunjukkan pentingnya pendekatan yang memperhatikan kondisi emosional siswa sekaligus menciptakan suasana yang mendukung untuk bertanya dan belajar.

(A) Skor 2 - Mengajak Aldi menjawab di kelas bisa meningkatkan keberaniannya, tetapi jika dilakukan terlalu dini tanpa membangun rasa aman, justru bisa membuatnya semakin tertekan.

(B) Skor 1 - Memberikan tugas tambahan bukan solusi yang sesuai karena tidak menyentuh akar masalah Aldi, yaitu kesulitan memahami pelajaran dan rasa malu bertanya.

(C) Skor 4 - Program pendampingan teman sebaya bisa membantu Aldi merasa lebih nyaman dan membangun keberanian bertanya, namun perlu pengawasan agar berjalan efektif.

(D) Skor 5 - Belajar tambahan dalam kelompok kecil menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, meminimalkan tekanan, dan memberikan kesempatan Aldi untuk bertanya dan memahami materi dengan dukungan guru secara langsung.

(E) Skor 3 - Mencatat kesulitan setiap minggu dapat membantu guru mengidentifikasi masalah, namun belum cukup efektif jika tidak diikuti dengan pendampingan langsung atau modifikasi pendekatan belajar.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian dengan tema Rasa Tanggung Jawab, indikatornya adalah kemampuan guru untuk menyadari dan memperbaiki kelalaian pribadi yang berdampak pada pembelajaran siswa. Guru dituntut untuk mampu mengevaluasi prioritas profesionalnya dengan tepat dalam situasi yang saling berbenturan.

(A) Skor 5 – Menunjukkan tanggung jawab penuh atas kelalaian, memperbaiki keadaan, dan tidak lari dari konsekuensi. Ini adalah bentuk pengakuan sekaligus pembelajaran bagi murid tentang integritas.

(B) Skor 3 – Memilih jalur aman dengan masuk seperti biasa, namun kehilangan momen edukatif tentang kejujuran dan tanggung jawab.

(C) Skor 1 – Mengesampingkan kewajiban mengajar demi persiapan lain menunjukkan kurangnya manajemen prioritas sebagai pendidik.

(D) Skor 2 – Meminta bantuan rekan memang membantu, tetapi tidak segera mengambil alih tanggung jawab utamanya.

(E) Skor 4 – Mendistribusikan tugas ke wali kelas adalah langkah alternatif yang cukup bertanggung jawab, namun tetap lebih baik hadir langsung jika memungkinkan.

Pembahasan:

Soal ini menguji kemampuan guru mengevaluasi dan menindaklanjuti komitmen yang telah dibuat kepada siswa. Rasa tanggung jawab tercermin dari upaya menjaga kepercayaan siswa terhadap janji guru, meskipun di tengah tekanan administratif.

(A) Skor 1 – Menunda tanpa komunikasi bisa menurunkan motivasi siswa dan melemahkan rasa percaya mereka terhadap janji guru.

(B) Skor 2 – Menyampaikan bahwa tugas akan diperiksa "nanti" tanpa kepastian menunjukkan kurangnya komitmen terhadap tanggung jawab profesional.

(C) Skor 5 – Menunjukkan sikap bertanggung jawab yang utuh, tidak hanya menyadari janji, tapi tetap berusaha memenuhi komitmen meski waktu telah bergeser.

(D) Skor 3 – Melibatkan siswa memang baik untuk kolaborasi, tetapi evaluasi tetap menjadi tanggung jawab utama guru.

(E) Skor 4 – Memberikan apresiasi terbatas tetap positif, namun tidak memenuhi harapan semua siswa yang telah menyelesaikan tugas.

Pembahasan:

Soal ini menilai kemampuan menciptakan solusi dari situasi dilematis yang melibatkan norma profesi dan etika kerja, dengan tetap menjunjung nilai tanggung jawab pribadi dan kolegial. Guru diuji kemampuannya menjaga lingkungan kerja profesional tanpa menciptakan konflik.

(A) Skor 4 – Mengalihkan masalah ke pimpinan memang formal dan bisa menyelesaikan masalah, namun tidak selalu efektif dalam membina hubungan sejawat.

(B) Skor 2 – Mengandalkan orang lain untuk mengingatkan bisa menghindarkan tanggung jawab langsung dan memunculkan gosip.

(C) Skor 3 – Membahas di forum resmi membuatnya netral, tetapi bisa mempermalukan guru baru jika tidak dikelola dengan baik.

(D) Skor 1 – Memberi contoh memang baik, namun tidak cukup dalam situasi yang butuh komunikasi langsung dan intervensi ringan.

(E) Skor 5 – Menunjukkan tanggung jawab personal sebagai rekan kerja sekaligus pendekatan empatik yang membangun suasana saling dukung dan memberi umpan balik yang efektif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi kepribadian dengan tema percaya diri, indikatornya adalah kemampuan menyampaikan pendapat dengan tenang dan profesional saat menghadapi tekanan atau kritik.

(A) Skor 4 – Menyampaikan keberatan secara pribadi adalah bentuk komunikasi yang asertif, namun melewatkan kesempatan untuk menanggapi langsung di forum terbuka.

(B) Skor 5 – Mengucapkan terima kasih atas tanggapan dan menjelaskan kembali secara tenang menunjukkan sikap percaya diri yang matang dan terbuka terhadap evaluasi. Ini juga memperlihatkan kemampuan untuk tetap fokus pada isi dan tidak terjebak dalam emosi.

(C) Skor 2 – Tidak memberikan penjelasan apa pun bisa dianggap pasif dan tidak menunjukkan keyakinan terhadap ide yang dipresentasikan.

(D) Skor 3 – Mengalihkan diskusi ke forum lebih kecil bisa membantu ketegangan, namun kesan kurang percaya diri bisa muncul karena tidak menjawab langsung saat itu juga.

(E) Skor 1 – Menekankan pada usaha pribadi saat menanggapi kritik bisa dianggap emosional dan defensif, tidak menunjukkan kendali diri yang baik.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kepercayaan diri dalam menghadapi situasi baru yang menantang. Indikatornya adalah kemampuan bersikap proaktif dalam mempersiapkan diri sekaligus menjaga keyakinan terhadap kemampuan sendiri.

(A) Skor 2 – Meminta pendampingan bisa mengurangi tekanan, tetapi kurang mencerminkan kepercayaan diri terhadap kemampuan sendiri.

(B) Skor 3 – Menyederhanakan slide bisa menjadi strategi, tapi tidak serta-merta mengatasi kegugupan atau memperkuat rasa percaya diri.

(C) Skor 1 – Mengalihkan tugas mencerminkan keraguan pada diri sendiri dan melewatkan peluang untuk bertumbuh.

(D) Skor 5 – Melatih kembali penyampaian dan meminta masukan menunjukkan kepercayaan diri yang dibarengi dengan kesiapan profesional. Menyadari bahwa kepercayaan itu datang karena kompetensi juga membantu menjaga mental.

(E) Skor 4 – Mempersiapkan diri dengan membaca materi bisa membantu, namun masih bersifat pasif dan kurang reflektif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kepercayaan diri guru dalam menghadapi kontradiksi di ruang kelas. Indikatornya adalah sikap terbuka terhadap kritik dan keberanian berdiskusi berdasarkan ilmu.

(A) Skor 5 – Memberikan apresiasi sekaligus menanggapi dengan landasan ilmiah menunjukkan kedewasaan dan kepercayaan diri seorang guru yang tidak takut berbeda pendapat.

(B) Skor 1 – Mengedepankan posisi guru daripada argumen ilmiah bukanlah contoh kepercayaan diri yang sehat, dan bisa mematikan diskusi kritis.

(C) Skor 4 – Mengajak siswa lain berdiskusi bisa memperkaya wawasan kelas, namun tidak cukup menunjukkan posisi dan pandangan guru secara eksplisit.

(D) Skor 2 – Menunda pembahasan bisa menghindari ketegangan, namun tidak menunjukkan keyakinan terhadap materi yang sudah disampaikan.

(E) Skor 3 – Menjadikan argumen siswa sebagai bahan evaluasi menunjukkan keterbukaan, tapi kurang menunjukkan respon aktif saat itu juga.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi kepribadian dengan tema Etos Kerja, khususnya pada indikator konsistensi, profesionalisme, dan sensitivitas terhadap lingkungan kerja. Diperlukan kemampuan menganalisis situasi sosial dan tetap berkomitmen terhadap nilai-nilai kerja positif tanpa menimbulkan friksi dalam hubungan kerja.

(A) Skor 2 - Mengurangi kebiasaan hanya agar diterima lingkungan tidak menunjukkan karakter tangguh dalam menjaga nilai kerja pribadi.

(B) Skor 1 - Membicarakan hal ini langsung kepada kepala sekolah terlalu cepat sebagai respon terhadap ketidaknyamanan sosial, padahal bisa diselesaikan melalui pendekatan langsung ke rekan sejawat.

(C) Skor 5 - Tetap melakukan kebiasaan positif sambil menjaga hubungan baik mencerminkan etos kerja tinggi sekaligus kecerdasan sosial yang matang. Pak Ridwan mempertahankan integritas profesionalnya tanpa menciptakan konflik interpersonal.

(D) Skor 3 - Datang lebih siang dan mengurangi persiapan menunjukkan kompromi yang mungkin dapat diterima, tetapi bisa menurunkan kualitas kinerja dan konsistensi.

(E) Skor 4 - Mengalihkan perhatian dengan lebih banyak berinteraksi dengan siswa bisa menjaga suasana positif, tetapi tidak menyelesaikan inti permasalahan terkait penerimaan rekan kerja.

Pembahasan:

Soal ini menguji etos kerja guru dalam manajemen beban kerja dan tanggung jawab prioritas, serta kemampuan menyusun solusi konkret di bawah tekanan, termasuk menilai urgensi tugas dan kemampuan komunikasi.

(A) Skor 2 - Menunda laporan ekstrakurikuler berisiko menggagalkan kepentingan akreditasi yang sifatnya sangat penting dan terjadwal.

(B) Skor 3 - Meminta bantuan guru lain adalah bentuk solusi, tetapi bisa terkesan mengalihkan tanggung jawab yang telah dipercayakan kepadanya secara langsung.

(C) Skor 1 - Fokus hanya pada satu tugas tanpa upaya mencari solusi menyeluruh menunjukkan rendahnya kemampuan menyusun strategi kerja yang profesional.

(D) Skor 4 - Mengerjakan seluruh laporan di sela waktu merupakan usaha keras dan menunjukkan dedikasi, tetapi berisiko menurunkan kualitas karena multitasking dalam tekanan.

(E) Skor 5 - Menyusun jadwal kerja dan mengomunikasikan penyesuaian tenggat waktu menunjukkan etos kerja tinggi, manajemen waktu, dan tanggung jawab terhadap semua tugas yang dipercayakan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur etos kerja dan integritas guru dalam menghadapi keterbatasan waktu dan tekanan deadline, serta kemampuan mengevaluasi tindakan berdasarkan profesionalisme dan tanggung jawab etika.

(A) Skor 1 - Meminta izin dan hanya mengubah sedikit isi RPP temannya tetap tidak dapat dibenarkan secara etika profesi guru, meskipun sudah seizin.

(B) Skor 5 - Segera menyusun RPP sendiri meskipun butuh waktu dan tenaga ekstra adalah cerminan nyata dari etos kerja dan tanggung jawab profesional.

(C) Skor 4 - Memanfaatkan RPP lama sebagai basis adalah langkah efisien, selama revisinya benar-benar relevan dan tidak asal tempel.

(D) Skor 2 - Meminta penundaan menunjukkan kejujuran, namun menunda bisa berisiko pada kelengkapan administrasi sekolah.

(E) Skor 3 - Menjadikan RPP orang lain sebagai referensi bisa jadi langkah awal, tapi tidak menjamin orisinalitas dan pemahaman mendalam.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian dengan tema Motivasi, indikatornya adalah kemampuan menjaga semangat dan keteladanan dalam menghadapi tantangan internal dan eksternal. Fokus utamanya adalah bagaimana seseorang bisa menjadi sumber inspirasi di tengah situasi sulit.

(A) Skor 2 – Pendekatan ini hanya bersifat menghindar, bukan solusi jangka panjang. Tidak membantu dirinya atau orang lain membangun motivasi.

(B) Skor 3 – Pernyataan ini bisa menyemangati, tetapi terlalu normatif dan tidak cukup membangun aksi nyata.

(C) Skor 4 – Langkah ini cukup efektif karena memberi teladan melalui pengalaman pribadi dan tetap menunjukkan nilai-nilai positif.

(D) Skor 5 – Ini jawaban terbaik karena menunjukkan langkah konkret, inspiratif, dan kolaboratif yang bisa menumbuhkan semangat dalam lingkungan kerja.

(E) Skor 1 – Sikap ini bersifat pasif dan menutup diri dari kemungkinan saling mendukung, bahkan bisa memicu kesenjangan relasi.

Pembahasan:

Soal ini menguji kemampuan guru dalam mengevaluasi upaya yang belum berhasil dan menciptakan strategi berkelanjutan dalam menjaga kontribusi dan semangat meskipun belum diakui. Ini termasuk bagian dari motivasi internal yang tidak bergantung pada pengakuan eksternal.

(A) Skor 5 – Ini pilihan terbaik karena berfokus pada peningkatan kualitas dan kolaborasi yang bisa memperkuat posisi ide tersebut dalam sistem sekolah.

(B) Skor 4 – Langkah ini menunjukkan inisiatif dan tanggung jawab, namun bisa saja menimbulkan konflik administratif jika tidak dikoordinasikan.

(C) Skor 1 – Ini menunjukkan menyerah terhadap keadaan dan kehilangan motivasi berinovasi.

(D) Skor 2 – Sikap ini terlalu pasif dan tidak memberi ruang untuk pertumbuhan atau aksi.

(E) Skor 3 – Meski melibatkan orang lain, cara ini terkesan memaksakan opini tanpa evaluasi lebih dalam terhadap kualitas usulannya.

Pembahasan:

Soal ini mengevaluasi bagaimana seseorang membangun motivasi jangka panjang dan mengelola tekanan sosial serta keraguan diri. Aspek yang diukur adalah self-driven motivation dalam situasi yang penuh ketidakpastian.

(A) Skor 2 – Ini justru menjauhkan Bu Santi dari tujuannya, karena mengikuti sikap pasrah tanpa menyusun strategi nyata.

(B) Skor 1 – Menutup diri dari proses persiapan dan fokus ke rutinitas bisa menurunkan peluang berhasil dalam seleksi.

(C) Skor 5 – Jawaban terbaik karena menampilkan perencanaan konkret, komitmen tinggi, dan strategi adaptif untuk membangun semangat secara konsisten.

(D) Skor 3 – Meskipun bisa membantu secara emosional, tindakan ini tidak cukup strategis untuk menjaga motivasi secara berkelanjutan.

(E) Skor 4 – Ini menunjukkan pendekatan kreatif dalam belajar, walau belum tentu sistematis, tetap bisa menjaga semangat dalam proses persiapan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian dengan tema Motivasi, khususnya dalam konteks empati dan kemampuan memotivasi orang lain secara bijak. Indikator yang diuji adalah kemampuan menciptakan solusi yang sensitif terhadap kondisi psikologis rekan sejawat.

(A) Skor 2 - Memberikan saran secara terbuka bisa dianggap sebagai upaya membangun kesadaran, tetapi dalam konteks ini cenderung mempermalukan dan tidak efektif karena terkesan menggurui.

(B) Skor 4 - Melibatkan pimpinan bisa memberikan solusi jangka panjang melalui penugasan baru, meskipun pendekatan ini belum tentu menyentuh sisi emosional Bu Nisa secara langsung.

(C) Skor 5 - Pendekatan personal dan empatik adalah cara paling bijaksana untuk membantu rekan guru. Bu Damar menunjukkan dukungan tanpa menghakimi, memberi ruang bagi Bu Nisa untuk membuka diri dan membangun kembali motivasinya.

(D) Skor 3 - Kegiatan non-mengajar dapat mengembalikan semangat secara tidak langsung, tetapi belum tentu menyelesaikan akar persoalan atau membantu pemulihan emosional secara mendalam.

(E) Skor 1 - Memberi contoh lewat perbuatan memang baik, namun terlalu pasif dalam konteks ini dan bisa dianggap menghindari masalah yang jelas berdampak pada siswa.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian dengan tema Inisiatif, khususnya kemampuan menciptakan solusi yang bijak dalam kondisi kekosongan tanggung jawab. Peserta diminta mengevaluasi dan memilih tindakan yang paling mencerminkan kepedulian dan kematangan sebagai pendidik.

(A) Skor 2 - Meskipun resmi, pendekatan ini terlalu birokratis dan berpotensi memperlambat respons terhadap kebutuhan yang bersifat mendesak.

(B) Skor 3 - Menyarankan pembacaan di kelas cukup solutif, tetapi kurang berdampak karena tidak menyentuh akar masalah di perpustakaan secara langsung.

(C) Skor 1 - Membahas di grup tanpa tindakan nyata hanya memperpanjang ketidakpastian dan bisa menunjukkan sikap pasif terhadap masalah yang nyata.

(D) Skor 4 - Mengajak guru lain untuk berbagi tanggung jawab adalah langkah kolektif yang baik, meski membutuhkan koordinasi tambahan.

(E) Skor 5 - Tindakan langsung yang realistis, disertai pelaporan kepada atasan, mencerminkan profesionalisme, rasa tanggung jawab, dan inisiatif yang matang.

Pembahasan:

Soal ini mengevaluasi inisiatif guru dalam menghadapi kesenjangan belajar, serta kemampuan menciptakan solusi mandiri tanpa bergantung pada sistem yang belum responsif.

(A) Skor 2 - Menunggu instruksi memperlihatkan kepatuhan, tetapi tidak menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan mendesak siswa.

(B) Skor 5 - Sesi tambahan secara sukarela menunjukkan empati, tanggung jawab, serta solusi nyata dan konkret—sebuah inisiatif berkualitas tinggi yang tetap etis karena disampaikan ke pihak sekolah.

(C) Skor 3 - Tugas tambahan adalah bentuk kepedulian, tetapi tidak menjamin adanya pemahaman ulang secara efektif.

(D) Skor 1 - Hanya menyerahkan data ke wali kelas terkesan mengalihkan tanggung jawab dan kurang menunjukkan inisiatif pribadi.

(E) Skor 4 - Membahas di forum rapat bersifat sistemik dan strategis, namun kurang langsung dalam menangani kebutuhan mendesak.

Pembahasan:

Soal ini menilai inisiatif kreatif dan etika profesional, yaitu sejauh mana seorang guru mampu menciptakan perubahan kecil yang positif, meskipun tidak secara formal diberi tanggung jawab.

(A) Skor 5 - Mengembangkan desain secara mandiri dan mengkomunikasikannya ke pimpinan menunjukkan inisiatif, kreativitas, dan etika kerja yang seimbang.

(B) Skor 2 - Menunggu kesempatan menunjukkan kehati-hatian, tetapi tidak sejalan dengan semangat proaktif dalam berinovasi.

(C) Skor 3 - Membicarakan dalam forum menunjukkan kepedulian, tetapi kurang konkret dan tidak menjamin solusi.

(D) Skor 4 - Melibatkan siswa menunjukkan inisiatif partisipatif, namun sebaiknya tetap melibatkan guru sebagai pendamping awal.

(E) Skor 1 - Menempelkan contoh desain tanpa izin bisa disalahartikan sebagai tindakan pribadi yang kurang etis secara struktural.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian dengan tema Inisiatif, indikatornya adalah kemampuan menciptakan solusi praktis yang bermanfaat bagi siswa, walaupun belum menjadi kebijakan sekolah. Pak Bagus perlu mengambil langkah konkret yang proaktif dan berdampak langsung pada permasalahan siswa, bukan sekadar menunggu atau membebani pihak lain.

(A) Skor 5 – Solusi ini paling komprehensif karena melibatkan kolaborasi, pembimbingan langsung, dan pemantauan progres siswa. Ini menunjukkan kepedulian, inisiatif, serta kesadaran profesional sebagai pendidik.

(B) Skor 3 – Menyarankan siswa untuk mencari bantuan memang membantu, tetapi tidak cukup konkret untuk mengatasi masalah teknis yang terjadi berulang.

(C) Skor 2 – Memberi dispensasi bisa membuat siswa terbiasa dengan keterlambatan tanpa menyelesaikan akar masalah, dan pendekatan mandiri tidak cocok untuk siswa yang mengalami kendala teknis.

(D) Skor 1 – Menunggu arahan atasan menunjukkan kurangnya inisiatif dan tidak sejalan dengan prinsip kemandirian profesional seorang guru.

(E) Skor 4 – Menyisipkan panduan teknis adalah langkah tepat dan efisien, namun masih bersifat satu arah dan belum menjawab kebutuhan siswa secara menyeluruh seperti bimbingan langsung.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian dengan tema Ketegasan, indikatornya adalah kemampuan guru menegakkan aturan ujian secara adil, objektif, dan tetap mendidik tanpa mengabaikan sisi kemanusiaan siswa.

(A) Skor 3 – Memberikan ruang bicara kepada siswa memang bijak, namun tindakan ini tidak langsung menunjukkan sikap tegas terhadap pelanggaran.

(B) Skor 2 – Hanya memperingatkan secara lisan kurang menunjukkan konsekuensi jelas dan bisa menurunkan kredibilitas pengawasan.

(C) Skor 1 – Mencatat pelanggaran tapi membiarkan tindakan berlangsung hingga ujian selesai adalah bentuk pembiaran yang tidak mencerminkan ketegasan.

(D) Skor 5 – Pendekatan ini menyeimbangkan ketegasan dan edukasi. Arga tetap dikenai sanksi tegas, namun diberi kesempatan menebus kesalahan dengan cara yang mendidik.

(E) Skor 4 – Memberi nilai nol tegas, namun terlalu ekstrem jika belum ada klarifikasi dan bisa mengabaikan faktor tekanan yang dihadapi siswa.

Pembahasan:

Soal ini menilai kemampuan menjaga Ketegasan dan Integritas dalam menghadapi tekanan sosial yang dapat memengaruhi objektivitas seorang guru, sekaligus tetap menjaga hubungan baik secara profesional.

(A) Skor 2 – Menerima bingkisan dapat menimbulkan konflik kepentingan meski niatnya bukan untuk menyuap. Ini berisiko pada etika profesi.

(B) Skor 4 – Memilih jalur formal untuk komunikasi orang tua memang tepat, namun tidak secara langsung menyelesaikan persoalan etik dalam pemberian bingkisan.

(C) Skor 5 – Menunjukkan ketegasan dan integritas. Guru menjelaskan prinsip dengan sopan serta tidak menerima sesuatu yang bisa mengganggu objektivitas.

(D) Skor 1 – Menerima bingkisan dan menaikkan nilai, meski dengan tugas tambahan, tetap melanggar prinsip keadilan dan membuka peluang praktik tidak etis.

(E) Skor 3 – Menghindar dari konfrontasi memang membuat nyaman sementara, tetapi tidak menunjukkan ketegasan dalam mengambil keputusan etik.

Pembahasan:

Soal ini mengevaluasi ketegasan dalam menghadapi pelanggaran serius oleh siswa yang memiliki posisi tanggung jawab, serta keberanian bertindak meski ada tekanan lingkungan kerja.

(A) Skor 3 – Meminta pernyataan tanggung jawab cukup baik, namun tidak cukup kuat sebagai bentuk tindakan atas manipulasi yang dilakukan.

(B) Skor 2 – Memberi pembinaan baik untuk jangka panjang, tapi belum cukup untuk menangani pelanggaran yang sudah terjadi.

(C) Skor 1 – Meminta hukuman diringankan bisa memberi kesan bahwa pelanggaran serius seperti manipulasi keuangan bisa ditoleransi.

(D) Skor 4 – Berkonsultasi memang menunjukkan kehati-hatian, namun bisa dianggap lamban dalam bertindak untuk kasus serius.

(E) Skor 5 – Pendekatan ini paling lengkap, karena menegakkan aturan, menjaga integritas sistem sekolah, dan memberikan efek jera serta pembelajaran kepada siswa lain.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian dengan tema Kontrol Diri. Indikator yang diuji adalah kemampuan guru mengelola emosi dan menjaga profesionalisme saat menghadapi gangguan perilaku siswa secara tiba-tiba di kelas.

(A) Skor 3 - Menyuruh keluar kelas bisa menghindari gangguan sementara, tapi tidak menyelesaikan akar masalah perilaku siswa secara tuntas.

(B) Skor 5 - Menarik napas panjang dan menjaga nada bicara adalah bentuk kontrol diri. Mengajak Riko berbicara setelah kelas memberi ruang komunikasi dua arah tanpa menciptakan suasana konfrontatif.

(C) Skor 2 - Menasihati seluruh kelas bisa menciptakan rasa bersalah kolektif, tetapi berisiko tidak menyentuh inti masalah, yaitu perilaku individu.

(D) Skor 1 - Memberikan sanksi langsung di depan kelas berpotensi mempermalukan siswa dan justru memperkeruh suasana, sehingga bukan solusi edukatif.

(E) Skor 4 - Menunjukkan ekspresi tegas bisa menegaskan otoritas guru, namun harus diikuti pendekatan yang lebih mendidik agar tidak hanya bersifat represif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian melalui tema Kontrol Diri, dengan fokus pada pengendalian emosi saat berada dalam situasi yang mengandung tekanan sosial dan profesional.

(A) Skor 4 - Memberikan klarifikasi langsung bisa membantu menjernihkan masalah, namun jika emosional, dapat memperburuk suasana.

(B) Skor 2 - Menyampaikan keberatan secara pribadi memang menghindari konfrontasi, namun kurang transparan dan cenderung subjektif.

(C) Skor 5 - Menenangkan diri dan menyampaikan klarifikasi secara tenang menunjukkan kedewasaan dan kontrol diri, serta membantu menjaga suasana profesional.

(D) Skor 3 - Keberatan tertulis bisa ditempuh jika tidak ada jalan lain, tetapi terlalu formal untuk persoalan yang dapat dibicarakan langsung.

(E) Skor 1 - Memilih diam bisa menahan konflik sementara, tetapi bukan cara efektif dalam menjaga integritas atau menyelesaikan ketidakjelasan tugas.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Kepribadian pada aspek Kontrol Diri, terutama dalam mengelola tekanan kerja dan menjaga performa secara efektif.

(A) Skor 5 - Mengatur prioritas dan menyusun jadwal merupakan refleksi kontrol diri dan manajemen stres yang baik. Hal ini mencerminkan guru yang mampu bertindak efektif dalam tekanan.

(B) Skor 3 - Membalas siswa dulu bisa membantu komunikasi, tapi berisiko memecah fokus untuk pekerjaan yang lebih berat.

(C) Skor 4 - Mengerjakan tugas mendesak lebih dulu adalah langkah bijak, namun tetap butuh perencanaan yang menyeluruh agar tidak mengabaikan lainnya.

(D) Skor 2 - Meminta penundaan bisa menjadi opsi terakhir, tetapi tidak mencerminkan kesiapan dalam menghadapi tantangan dinamis sebagai guru.

(E) Skor 1 - Menunda salah satu tanggung jawab bisa berisiko jika tidak ada batas waktu jelas, dan justru menambah beban keesokan hari.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi sosial dengan tema bersikap simpatik, indikatornya adalah kemampuan menunjukkan empati dan sensitivitas terhadap kondisi emosional murid tanpa melanggar privasi atau membuat mereka merasa tertekan.

(A) Skor 4 - Menghubungi orang tua bisa membantu, namun kurang tepat sebagai langkah awal karena bisa membuat murid merasa tidak dipercaya atau bahkan terpojok.

(B) Skor 3 - Mendorong murid untuk terbuka bisa membantu, tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak memberi tekanan.

(C) Skor 2 - Memberi tugas tambahan memberi kesempatan observasi, tetapi bisa menambah beban dan tidak menyentuh akar masalah.

(D) Skor 1 - Melibatkan teman dekat bisa merusak kepercayaan dan menciptakan tekanan sosial pada murid.

(E) Skor 5 - Menunjukkan perhatian dengan sikap hangat dan terbuka memberi ruang aman bagi murid untuk berbicara saat siap, tanpa menekan atau menginterogasi.

Pembahasan:

Soal ini menguji kemampuan guru dalam mengevaluasi cara terbaik menghadapi situasi emosional dari orang tua siswa, dengan tetap mempertahankan profesionalitas dan rasa empati.

(A) Skor 2 - Kalimat ini terdengar menyalahkan dan bisa memperkeruh suasana karena tidak menunjukkan simpati.

(B) Skor 4 - Meminta waktu bisa menjadi strategi yang baik, namun cenderung menghindar dari dialog langsung saat emosi sedang tinggi.

(C) Skor 5 - Pendekatan ini menyeluruh: mendengarkan, menunjukkan empati, dan memberikan data, sehingga menjaga relasi tanpa mengorbankan profesionalitas.

(D) Skor 3 - Penjelasan logis penting, tapi penyampaiannya bisa terdengar defensif jika tidak dibarengi dengan empati.

(E) Skor 1 - Meskipun menunjukkan empati, pernyataan ini bisa menciptakan kesan bahwa guru ikut bertanggung jawab atas kegagalan murid, dan ini mengaburkan batas profesional.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan menciptakan solusi simpatik dan etis terhadap rekan kerja yang mengalami kesulitan personal namun tetap mempertahankan standar profesional.

(A) Skor 1 - Sikap pasif seperti ini menunjukkan kurangnya empati dan kontribusi terhadap iklim kerja yang mendukung.

(B) Skor 3 - Menyerahkan ke pimpinan bisa jadi jalan keluar, namun pendekatan awal yang simpatik lebih menunjukkan kepedulian personal.

(C) Skor 2 - Menegur di depan orang lain, meski halus, tetap berpotensi mempermalukan dan memperburuk suasana.

(D) Skor 5 - Memberikan ruang personal untuk berbagi sambil menunjukkan dukungan adalah bentuk empati yang konkret dan tepat.

(E) Skor 4 - Melibatkan rekan kerja dalam rapat informal bisa positif, namun harus hati-hati agar tidak terkesan menggosip atau memojokkan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi sosial dengan tema bekerja sama dengan komite sekolah, khususnya dalam menghadapi perbedaan pandangan. Indikatornya adalah kemampuan menjalin komunikasi kolaboratif dan mencari solusi konstruktif tanpa menimbulkan konflik.

(A) Skor 5 - strategi ini menunjukkan kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan pihak komite sembari tetap memperjuangkan tujuan program. Memberi alternatif solusi dana adalah pendekatan paling kolaboratif.

(B) Skor 2 - meskipun berniat mempertahankan ide, cara ini kurang membuka ruang kolaborasi karena lebih bersifat mengedepankan pandangan pribadi.

(C) Skor 3 - melibatkan siswa memang partisipatif, tetapi fokusnya bergeser dari forum diskusi formal ke pendekatan pembuktian, yang kurang tepat pada konteks musyawarah.

(D) Skor 1 - ini menunjukkan sikap pasif dan kurang tanggap terhadap dinamika kerja sama, karena tidak mencoba berdialog atau mencari jalan tengah.

(E) Skor 4 - menjelaskan manfaat program kepada komite adalah langkah tepat, namun belum menyentuh aspek solusi dana sehingga belum seoptimal opsi a.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan analisis dan menciptakan solusi dalam kompetensi sosial yang berkaitan dengan menjalin sinergi antara guru dan komite sekolah. Fokusnya adalah menemukan pendekatan yang inklusif namun efisien.

(A) Skor 2 - tindakan ini menunjukkan keteguhan prinsip, namun kurang memberi ruang bagi diskusi dan kompromi dengan rekan guru.

(B) Skor 4 - solusi ini cukup efektif secara teknis dan membantu pembagian kerja, namun belum menyentuh aspek komunikasi awal dengan guru.

(C) Skor 3 - pendekatan ini membuka ruang dialog, namun bisa kurang praktis dan cenderung membuat proses jadi lebih kompleks.

(D) Skor 1 - menyerahkan sepenuhnya kepada kepala sekolah bukanlah bentuk kolaborasi aktif. Ini menghindari tanggung jawab koordinatif sebagai ketua panitia.

(E) Skor 5 - pendekatan ini paling konstruktif karena menunjukkan kepemimpinan yang inklusif. Diskusi awal memperkecil resistensi dan membuka jalan kolaborasi yang lebih diterima semua pihak.

Pembahasan:

Soal ini menguji kompetensi sosial dalam konteks menerima kritik dari pemangku kepentingan eksternal (komite sekolah) dan bagaimana seorang guru bisa bersikap profesional dan reflektif.

(A) Skor 3 - pendekatan ini cukup baik karena menunjukkan keterbukaan terhadap evaluasi, namun fokusnya terbatas di internal tanpa mengajak berdialog dengan pemberi masukan.

(B) Skor 5 - ini adalah pendekatan terbaik karena menunjukkan sikap terbuka, kolaboratif, dan mau memahami sudut pandang lain, sekaligus menjaga komunikasi yang sehat dengan komite.

(C) Skor 4 - meskipun berusaha menjelaskan situasi, langkah ini masih bersifat defensif dan belum secara langsung menjalin komunikasi dengan komite.

(D) Skor 2 - memberi kesan konfrontatif karena menuntut bukti, yang bisa memperkeruh hubungan kerja sama.

(E) Skor 1 - ini menunjukkan kecenderungan menutup diri dari masukan dan bisa dianggap sebagai pengabaian terhadap peran komite sekolah.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Sosial dengan tema Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, indikatornya adalah kemampuan menjaga hubungan kerja yang harmonis sambil tetap memperhatikan efektivitas dan keadilan dalam kolaborasi tim. Pendekatan yang digunakan harus mempertimbangkan komunikasi interpersonal yang baik, empati, dan kepemimpinan kolaboratif.

(A) Skor 2 – Solusi ini tampak praktis, namun kurang mengarah pada penyelesaian akar masalah. Hal ini justru bisa memperkuat persepsi bahwa kontribusi tidak perlu ditegakkan.

(B) Skor 1 – Menyerahkan beban pada anggota lain berisiko memicu ketidakpuasan dan memperburuk suasana tim. Ini bukan solusi yang mendukung keterlibatan aktif semua anggota.

(C) Skor 5 – Pendekatan ini menunjukkan kepemimpinan yang empatik dan solutif. Dengan memahami kendala secara personal, Bu Yuli menunjukkan penghargaan terhadap individu sekaligus menjaga kerja tim.

(D) Skor 4 – Memberi pengingat umum bisa membantu, namun kurang menyasar langsung pada penyebab masalah, dan bisa dianggap tidak efektif dalam menyelesaikan ketidakseimbangan beban kerja.

(E) Skor 3 – Melibatkan atasan bisa menjadi cara tegas, tetapi kurang optimal jika belum dilakukan pendekatan pribadi. Ini dapat menciptakan jarak relasi antar rekan kerja.

Pembahasan:

Soal ini mengukur aspek Kompetensi Sosial dalam menjembatani komunikasi dan menciptakan suasana kerja inklusif. Indikatornya adalah kemampuan menunjukkan empati, inisiatif sosial, dan menjaga perasaan rekan kerja baru dalam proses adaptasi tanpa tekanan sosial.

(A) Skor 5 – Langkah ini penuh empati dan tidak menghakimi. Makan siang santai menciptakan suasana informal yang nyaman untuk membuka komunikasi tanpa tekanan.

(B) Skor 1 – Menyampaikan kritik langsung dari orang lain tanpa konteks bisa menyinggung dan menjauhkan Pak Dimas dari lingkungan kerja. Ini cenderung kontraproduktif.

(C) Skor 3 – Mengajaknya diskusi bisa membantu, namun mungkin terasa formal dan belum cukup membangun kedekatan personal.

(D) Skor 4 – Cara ini bisa efektif mendorong kolaborasi, namun jika dilakukan tiba-tiba bisa membuat Pak Dimas tidak nyaman. Perlu pendekatan lebih personal terlebih dahulu.

(E) Skor 2 – Meskipun mencari informasi bisa membantu, menanyakan kepada kepala sekolah bisa terkesan tidak langsung dan kurang empatik terhadap privasi Pak Dimas.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi sosial dalam menyikapi perbedaan karakter kerja, dengan fokus pada fleksibilitas, komunikasi asertif, dan orientasi terhadap solusi tanpa menciptakan ketegangan. Strategi kerja sama harus mempertimbangkan gaya kerja individu namun tetap terarah pada hasil.

(A) Skor 1 – Mengeluh pada rekan lain tidak menyelesaikan masalah dan justru berisiko menimbulkan gosip atau konflik terbuka.

(B) Skor 2 – Menyesuaikan diri secara total dapat mengorbankan efisiensi dan tidak mencerminkan kolaborasi yang seimbang.

(C) Skor 4 – Pendekatan ini cukup baik karena ada kejelasan tanggung jawab, namun belum tentu menyatukan persepsi yang berbeda secara menyeluruh.

(D) Skor 5 – Diskusi dua arah menunjukkan kematangan sosial dan profesional. Dengan menyamakan persepsi, keduanya bisa saling memahami dan menemukan solusi yang efektif.

(E) Skor 3 – Solusi ini pragmatis, namun bisa menimbulkan kesan pembagian kerja berdasarkan kelemahan, bukan kekuatan masing-masing.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Sosial dengan tema Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. Indikator yang diukur adalah kemampuan menjalin komunikasi yang baik dalam kerja sama lintas institusi serta menjaga hubungan profesional meski menghadapi respon negatif dari pihak lain. Soal ini menguji keterampilan evaluasi dan menciptakan solusi dalam situasi sosial yang kompleks.

(A) Skor 3 – Pendekatan ini cukup baik karena menjelaskan kembali program dan menekankan manfaatnya, tetapi bisa berisiko menimbulkan kesan “menggurui” jika tidak diiringi pendekatan yang empatik.

(B) Skor 5 – Strategi ini paling tepat karena menciptakan suasana lebih santai dan membuka ruang dialog yang tidak kaku. Pertemuan informal memungkinkan mitra lebih terbuka dan membangun relasi yang lebih kuat secara personal maupun profesional.

(C) Skor 1 – Mengganti mitra terlalu dini tanpa usaha membangun komunikasi dapat dianggap kurang profesional dan dapat menciptakan kesan bahwa sekolah tidak fleksibel dalam bermitra.

(D) Skor 2 – Hanya menyampaikan bagian program yang disukai mitra adalah bentuk kompromi yang tidak strategis dan dapat menurunkan kualitas program secara keseluruhan.

(E) Skor 4 – Mengajak guru lain sebagai pendamping bisa membantu memperluas perspektif dan memperkuat posisi diskusi, namun perlu hati-hati agar tidak menciptakan kesan menekan atau terlalu “formal” di awal relasi.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Sosial dengan tema Memahami dunia sekitarnya/lingkungan. Indikatornya adalah kemampuan guru mengenali dan merespons kondisi sosial-emosional siswa akibat bencana, serta menunjukkan empati dan dukungan konkret dalam suasana kelas yang inklusif.

(A) Skor 2 – Menyuruh fokus belajar tanpa mempertimbangkan kondisi emosional Adin menunjukkan kurangnya empati meskipun berniat menjaga disiplin belajar.

(B) Skor 3 – Menyarankan belajar di rumah menunjukkan perhatian, namun bisa membuat siswa merasa tersisih dari lingkungan sekolah yang justru bisa menjadi dukungan moral baginya.

(C) Skor 1 – Menyuruh duduk di belakang malah berpotensi mempermalukan Adin dan menjauhkan dari perhatian yang seharusnya ia butuhkan.

(D) Skor 5 – Pendekatan personal ini menunjukkan empati, kepedulian, dan membuka ruang solusi. Guru hadir sebagai pendamping, bukan hanya pengajar.

(E) Skor 4 – Memberikan waktu adaptasi adalah langkah baik, tetapi tetap perlu diiringi komunikasi langsung agar siswa merasa tidak diabaikan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Sosial dengan tema Memahami dunia sekitarnya/lingkungan. Indikatornya adalah kemampuan guru mengambil inisiatif membangun budaya positif terhadap lingkungan secara kolaboratif dan kreatif tanpa konfrontasi.

(A) Skor 4 – Surat teguran bisa memberi efek formal, tetapi berisiko menimbulkan kesan menyalahkan dan tidak menyentuh aspek kesadaran partisipatif.

(B) Skor 5 – Ini adalah strategi kolaboratif dan kreatif, melibatkan semua pihak, meningkatkan rasa kepemilikan terhadap program sekolah.

(C) Skor 3 – Melaporkan ke atasan adalah langkah administratif yang sah, tapi cenderung reaktif dan tidak menyentuh penyebab perilaku langsung.

(D) Skor 2 – Menuliskan pesan adalah bentuk imbauan pasif yang mudah diabaikan oleh siswa, walau bernilai edukatif.

(E) Skor 1 – Aksi bersih-bersih bisa dilihat baik, namun melibatkan siswa tertentu tanpa dialog bisa menimbulkan kesan tugas hukuman.

Pembahasan:

Soal ini mengukur Kompetensi Sosial dengan tema Memahami dunia sekitarnya/lingkungan, khususnya dalam memahami latar belakang ekonomi siswa dan membangun solidaritas antarsiswa di dalam kelas. Indikatornya adalah kemampuan guru mengelola dinamika sosial kelas secara solutif dan empatik.

(A) Skor 2 – Sikap ini membuat siswa merasa tersisih, tidak memberi solusi atau nilai pembelajaran sosial bagi siswa lain.

(B) Skor 3 – Menegur ejekan adalah hal positif, tetapi fokus pada kewajiban membawa bahan menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap realitas siswa.

(C) Skor 1 – Pendekatan ini akan mempermalukan siswa yang tidak mampu dan memperkuat stigma negatif di kelas.

(D) Skor 4 – Bekerja kelompok adalah langkah strategis untuk membangun kolaborasi, meskipun belum cukup menyentuh aspek kesadaran sosial siswa.

(E) Skor 5 – Mengedukasi siswa tentang empati dan menyepakati solusi kolektif mendorong pemahaman jangka panjang serta membangun nilai sosial yang kuat.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi sosial dengan tema memahami dunia sekitarnya/lingkungan, terutama dalam konteks membangun komunikasi dan kolaborasi antara sekolah dan masyarakat. Indikator yang dinilai adalah kemampuan menciptakan solusi yang menghargai aspirasi lingkungan sosial serta mempertimbangkan keberlanjutan hubungan jangka panjang.

(A) Skor 3 - Menyesuaikan waktu adalah langkah preventif yang cukup baik, namun dengan hanya melibatkan pihak sekolah, kesempatan untuk membangun relasi sosial dengan warga terabaikan.

(B) Skor 4 - Mengajak perwakilan warga berdiskusi menunjukkan empati dan keterbukaan. Strategi ini membangun dasar komunikasi yang sehat, meskipun masih bersifat awal dan perlu langkah lanjutan.

(C) Skor 2 - Melibatkan pihak kelurahan bisa menjadi opsi administratif, namun tidak menyentuh akar masalah yang bersumber dari kurangnya dialog langsung antara sekolah dan warga.

(D) Skor 1 - Menunda kegiatan sepenuhnya sambil meminta kepala sekolah menyampaikan teguran dapat menciptakan jarak emosional antara sekolah dan warga, memperparah konflik yang ada. Pendekatan ini cenderung defensif dan tidak mengarah pada solusi jangka panjang.

(E) Skor 5 - Menyusun ulang rencana bersama warga menunjukkan inisiatif kolaboratif dan kepedulian terhadap keberlangsungan hubungan baik. Ini adalah bentuk dialog sosial yang konkret dan strategis dalam menyelesaikan konflik serta mendorong partisipasi aktif masyarakat.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Sosial dengan tema Berlaku adil tanpa membeda-bedakan seseorang, indikatornya adalah kemampuan guru menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil untuk semua siswa.

(A) Skor 5 - Strategi rotasi menunjukkan upaya menciptakan keadilan dengan memberi kesempatan yang sama kepada seluruh siswa, termasuk mereka yang jarang tampil. Pendekatan ini mendorong perkembangan kepemimpinan secara merata dan membangun kepercayaan diri semua siswa.

(B) Skor 2 - Menunjuk siswa berprestasi secara terus-menerus memang menjamin hasil kelompok yang baik secara akademis, namun berpotensi menciptakan ketimpangan kesempatan yang dapat menghambat perkembangan siswa lain.

(C) Skor 3 - Memotivasi siswa yang pasif memang baik, tetapi jika tidak diiringi dengan kesempatan nyata (seperti menjadi ketua), maka perubahan yang diharapkan kurang efektif.

(D) Skor 4 - Memberi kesempatan bagi yang ingin mencoba adalah pendekatan terbuka, namun tetap bisa menciptakan ketimpangan karena siswa yang percaya diri lebih cenderung tampil, sedangkan siswa pasif bisa tetap terpinggirkan.

(E) Skor 1 - Membebaskan siswa memilih ketua sepenuhnya tanpa arahan bisa membuat proses didominasi oleh kelompok populer, dan siswa yang pasif tetap tidak memiliki peluang.

Pembahasan:

Soal ini menguji kemampuan guru untuk mengevaluasi dan mengambil keputusan inklusif dalam situasi yang berpotensi memunculkan ketidakadilan atau kecemburuan siswa.

(A) Skor 4 - Memberi dukungan langsung kepada Arka bisa menunjukkan empati, tetapi berisiko jika belum ada dasar yang kuat (diagnosis) karena dapat menimbulkan persepsi ketidakadilan.

(B) Skor 2 - Menunda tugas terlalu lama tanpa proses yang jelas bisa menghambat proses belajar Arka dan juga menyulitkan pelaksanaan kurikulum.

(C) Skor 5 - Diskusi terbuka dengan pihak terkait adalah langkah terbaik karena mempertimbangkan suara semua pihak, menjunjung transparansi, serta menjaga objektivitas. Ini adalah pendekatan profesional dan adil.

(D) Skor 1 - Mengungkapkan kondisi pribadi siswa ke publik tanpa konfirmasi resmi berisiko menimbulkan stigma dan melanggar etika profesional guru.

(E) Skor 3 - Menyusun tugas secara diam-diam bisa menghindari kecemburuan sesaat, namun tidak transparan dan tidak mendidik siswa dalam menghargai perbedaan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi sosial dalam konteks keberagaman dan bagaimana seorang guru bersikap adil terhadap rekan kerja dari latar belakang yang berbeda. Indikatornya adalah kemampuan membangun lingkungan kerja yang inklusif dan saling menghargai.

(A) Skor 2 - Melibatkan kepala sekolah adalah langkah administratif yang bisa memberi efek jangka panjang, tetapi bisa membuat suasana kerja menjadi kaku jika tidak ditangani secara bijak.

(B) Skor 3 - Menyarankan Bu Maya menyesuaikan diri bisa berguna, tetapi fokus terlalu besar pada penyesuaian dirinya saja dapat mengabaikan tanggung jawab lingkungan sekitar dalam menciptakan penerimaan.

(C) Skor 4 - Menyampaikan langsung kepada guru senior bisa membantu meningkatkan kesadaran, terutama jika disampaikan dengan cara yang konstruktif. Namun, perlu keberanian dan pendekatan yang tepat.

(D) Skor 1 - Menciptakan suasana ramah memang positif, tetapi jika tidak menyinggung akar masalah, maka ketidaknyamanan bisa terus berulang dan dibiarkan.

(E) Skor 5 - Tindakan aktif melibatkan Bu Maya menunjukkan empati dan komitmen pada inklusi tanpa menciptakan konflik langsung. Ini adalah langkah konkret yang dapat mengubah suasana kerja secara positif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Sosial dengan tema Menjaga sopan santun saat berkomunikasi di dalam komunitas profesi. Indikator yang diuji adalah kemampuan menjaga etika komunikasi dan mendorong lingkungan yang saling menghormati dalam komunitas profesional guru.

(A) Skor 2 - Pesan pribadi memang menunjukkan empati kepada Pak Arfan, tetapi tidak memberikan kontribusi pada perbaikan suasana komunikasi di dalam grup secara keseluruhan.

(B) Skor 1 - Teguran langsung di grup bisa memperkeruh suasana dan menyebabkan konflik terbuka, meskipun niatnya baik. Pendekatan ini cenderung menimbulkan ketegangan baru.

(C) Skor 3 - Mengabaikan bukan langkah solutif. Meskipun tidak memancing konflik, sikap ini tidak membantu memperbaiki norma komunikasi dalam grup profesional.

(D) Skor 5 - Mengarahkan diskusi secara terbuka namun sopan sangat efektif. Ini tidak menyalahkan siapa pun secara langsung, tapi tetap mengingatkan pentingnya etika dan menghargai pendapat.

(E) Skor 4 - Mengajak tokoh panutan memberi pengaruh positif, namun pendekatan ini sedikit lebih kompleks dan membutuhkan waktu, meskipun tetap konstruktif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan peserta dalam mengevaluasi situasi komunikasi profesional dan memilih strategi penyampaian kritik yang efektif namun tetap menjaga keharmonisan tim guru.

(A) Skor 3 - Langkah ini cukup baik karena memberi kritik dan apresiasi sekaligus, namun bisa lebih efektif bila dilakukan dengan penguasaan nada dan momen bicara yang baik.

(B) Skor 2 - Mencari dukungan dari rekan lain bisa menimbulkan kesan membentuk kubu dan memperbesar ketegangan. Tidak disarankan dalam forum kolaboratif.

(C) Skor 5 - Ini adalah pendekatan paling matang: tetap menyampaikan pendapat secara kritis, namun dilakukan secara sopan, tidak menyela, dan berbasis data atau pengalaman yang relevan.

(D) Skor 4 - Membahas di luar forum bisa mengurangi ketegangan langsung, namun berisiko membuat diskusi kehilangan transparansi dan legitimasi.

(E) Skor 1 - Menunda rapat menunjukkan ketidakmampuan menyelesaikan konflik secara dewasa dalam forum profesional, dan bisa merugikan agenda bersama.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan peserta dalam menciptakan solusi untuk menjaga komunikasi yang etis dan produktif antara guru dan orang tua murid dalam situasi yang sensitif.

(A) Skor 4 - Meminta klarifikasi dapat membuka komunikasi dua arah dan menunjukkan sikap terbuka terhadap masukan, meskipun kurang efektif tanpa disertai penjelasan posisi guru.

(B) Skor 5 - Menunjukkan empati, keterbukaan, dan profesionalisme. Dengan menjelaskan tindakan secara sopan dan membuka ruang diskusi, hubungan baik dengan orang tua tetap terjaga.

(C) Skor 2 - Meskipun faktual, jawaban ini terdengar defensif dan bisa menimbulkan kesan tertutup terhadap kritik, yang memperburuk suasana.

(D) Skor 3 - Memberikan dokumen penjelas memang informatif, namun kurang menunjukkan interaksi komunikasi dua arah yang seharusnya dibangun dengan orang tua.

(E) Skor 1 - Langsung menyerahkan kepada pihak lain menunjukkan sikap kurang tanggung jawab sebagai pendidik dan bisa memperpanjang proses klarifikasi.

Pembahasan:

Soal ini mengukur Kompetensi Sosial dengan tema Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan masyarakat. Indikator yang diuji adalah kemampuan guru untuk memahami norma dan kebiasaan masyarakat sekitar, serta mencari strategi adaptif yang sesuai nilai profesionalisme.

(A) Skor 3 – langkah ini menunjukkan itikad baik, namun belum cukup strategis. Mengikuti semua kegiatan bisa mengganggu keseimbangan kerja utama sebagai guru.

(B) Skor 5 – ini adalah pendekatan paling tepat karena bu mira tidak gegabah, berusaha memahami budaya lokal secara aktif dan bijak dengan belajar dari rekan yang sudah lebih dahulu beradaptasi.

(C) Skor 2 – terlalu fokus pada pekerjaan inti tanpa mencoba memahami masyarakat bisa menciptakan kesan tertutup dan tidak kooperatif.

(D) Skor 1 – mengundang warga untuk penjelasan bisa dianggap arogan atau defensif dalam budaya yang lebih menjunjung pendekatan informal dan relasional.

(E) Skor 4 – ini menunjukkan niat untuk berpartisipasi, tetapi terlalu pasif. Inisiatif tetap dibutuhkan dalam proses adaptasi.

Pembahasan:

Soal ini menguji kemampuan mengevaluasi situasi kerja baru yang berbeda dengan sebelumnya, dan bagaimana guru bisa menyesuaikan diri tanpa menimbulkan gesekan sosial.

(A) Skor 2 – langkah ini menunjukkan keberanian menyampaikan aspirasi, tetapi kurang sensitif terhadap budaya kerja setempat dan bisa memperburuk hubungan.

(B) Skor 4 – ini solusi aktif dan kolaboratif, tetapi masih butuh pendekatan komunikasi agar tidak terkesan memaksakan sistem baru.

(C) Skor 1 – pasif dan tidak berkontribusi terhadap solusi jangka panjang. Risiko frustasi pribadi tetap tinggi.

(D) Skor 5 – ini adalah pendekatan paling seimbang. Pak seno berusaha memahami ritme kerja sambil menjalin hubungan baik, yang memungkinkan adanya perbaikan sistem secara lebih alami.

(E) Skor 3 – usulan pelatihan memang bermanfaat, tetapi harus hati-hati agar tidak menimbulkan kesan merasa lebih unggul.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan menciptakan solusi adaptif untuk menjaga komunikasi efektif antara guru dan orang tua, dengan memperhatikan latar belakang sosial budaya setempat.

(A) Skor 3 – inisiatif ini bagus, tetapi bisa memerlukan waktu dan sumber daya, serta tidak semua orang tua siap secara teknologi.

(B) Skor 1 – ini pendekatan yang terlalu fokus pada pengajaran saja, padahal komunikasi dengan orang tua merupakan bagian penting dari peran guru.

(C) Skor 4 – mengombinasikan metode adalah solusi efektif, namun tetap perlu pendekatan personal agar bisa optimal.

(D) Skor 2 – pendekatan ini menunjukkan kompromi, tetapi kurang proaktif dan berisiko kehilangan informasi penting dari orang tua yang lebih tertutup.

(E) Skor 5 – langkah ini menunjukkan empati tinggi, fleksibilitas, dan kepekaan terhadap kondisi masyarakat, serta menjaga profesionalisme guru sebagai komunikator.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman kompetensi profesional guru dengan tema kemampuan mengambil keputusan, indikatornya adalah kemampuan menganalisis situasi kelas berdasarkan data evaluasi, kemudian memilih strategi yang adaptif namun tetap mengarah pada capaian kurikulum.

(A) Skor 3 – Strategi ini bersifat pasif karena hanya memberikan tugas tanpa bimbingan langsung. Siswa dengan kendala belajar bisa tidak terbantu maksimal.

(B) Skor 4 – Ini juga langkah yang bijak karena memberikan diferensiasi pembelajaran. Namun, menambah jam di luar pelajaran bisa menambah beban siswa atau tidak dapat diikuti semua siswa.

(C) Skor 2 – Ini menunjukkan usaha, namun penguatan singkat mungkin tidak cukup untuk memperbaiki pemahaman secara menyeluruh.

(D) Skor 5 – Ini adalah pilihan terbaik karena Bu Rika mengambil keputusan berdasarkan refleksi pembelajaran dan kebutuhan siswa. Ia mengubah pendekatan belajar dengan strategi yang lebih kontekstual dan aktif, seperti simulasi, untuk meningkatkan pemahaman siswa. Langkah ini mendukung capaian pembelajaran secara menyeluruh.

(E) Skor 1 – Ini terlalu mengandalkan peran orang tua, padahal penyebab utama kemungkinan besar berasal dari kurang efektifnya metode yang digunakan guru di kelas.

Pembahasan:

Soal ini mengevaluasi kompetensi profesional guru dalam mengambil keputusan adil dan adaptif dalam situasi tak terduga. Indikatornya adalah menilai kemampuan guru menciptakan solusi yang tetap berlandaskan prinsip keadilan dan kelayakan penilaian.

(A) Skor 2 – Mengganti bentuk penilaian mendadak bisa menurunkan validitas instrumen dan tidak mencerminkan keterampilan berbicara seperti rencana awal.

(B) Skor 3 – Cukup adil, tetapi memberikan tugas pengganti bisa membuat perbedaan kualitas asesmen antar siswa.

(C) Skor 1 – Menunda seluruh penilaian kurang ideal karena bisa mengganggu jadwal lain dan membuat siswa yang sudah siap kehilangan momentum.

(D) Skor 4 – Ini juga solusi baik karena memberikan jadwal baru, namun mungkin kurang efisien dari sisi waktu jika jumlah siswa yang berhalangan cukup banyak.

(E) Skor 5 – Ini adalah keputusan terbaik karena memberikan fleksibilitas kepada siswa dengan tetap menjaga prinsip objektivitas dan keadilan. Guru bersikap proaktif dalam memfasilitasi seluruh siswa tanpa membuat yang berhalangan dirugikan.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi profesional guru dalam mengambil keputusan yang mempertimbangkan konteks belajar siswa tanpa menyimpang dari kurikulum. Indikator yang diuji adalah kemampuan guru menciptakan solusi kontekstual yang tetap berbasis tujuan pembelajaran.

(A) Skor 1 – Pengulangan isi buku yang tidak relevan justru memperkuat ketidakpahaman siswa dan tidak menyelesaikan masalah keterkaitan.

(B) Skor 2 – Diskusi penting, tetapi jika siswa tidak memahami sejak awal, metode ini bisa kurang efektif tanpa pengait kontekstual.

(C) Skor 5 – Ini pilihan paling tepat karena Bu Nina tidak keluar dari kurikulum, tetapi mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman nyata siswa, yang meningkatkan keterlibatan dan pemahaman.

(D) Skor 3 – Meskipun sumber baru bisa membantu, meninggalkan buku utama tanpa arahan kurikulum bisa menimbulkan ketidaksesuaian dengan standar penilaian.

(E) Skor 4 – Ini memberi ruang berpikir bagi siswa, namun akan lebih efektif jika guru juga menyediakan contoh agar siswa terbantu.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi profesional dengan tema Kemampuan mengambil keputusan, khususnya dalam konteks merespons kebutuhan individu siswa tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran utama. Indikator yang diuji adalah kemampuan guru dalam menyikapi minat siswa secara positif sambil menjaga ketercapaian kurikulum dan diferensiasi pendekatan.

(A) Skor 3 - Menyampaikan secara garis besar saja agar tidak membingungkan siswa lain, lalu langsung kembali ke materi utama cukup bijak untuk menjaga jalannya pelajaran, tetapi kurang mengakomodasi minat siswa yang spesifik secara maksimal.

(B) Skor 4 - Mengajak seluruh kelas berdiskusi terbuka tentang topik tersebut agar bisa dijadikan materi pengayaan merupakan pendekatan terbuka dan mendorong eksplorasi, namun berpotensi menggeser fokus kelas jika tidak dikelola dengan tepat.

(C) Skor 5 - Mengapresiasi pertanyaan Bayu, lalu menjadwalkan waktu khusus di luar jam pelajaran untuk menjelaskan lebih lanjut adalah langkah terbaik karena menunjukkan penghargaan terhadap rasa ingin tahu siswa sekaligus menjaga fokus pembelajaran. Pendekatan ini mendukung pengayaan tanpa mengganggu jalannya kelas.

(D) Skor 1 - Mengatakan bahwa pertanyaan tersebut tidak relevan dengan materi yang sedang dibahas sehingga tidak perlu dijawab sekarang bisa membuat siswa merasa kurang dihargai dan menghambat rasa ingin tahu, padahal minat siswa adalah modal penting dalam pembelajaran aktif.

(E) Skor 2 - Memberikan tugas mandiri kepada Bayu untuk mencari tahu jawabannya sendiri agar tidak mengganggu alur pembelajaran terlihat mendorong kemandirian, namun cenderung kurang membimbing dan bisa membuat siswa merasa tidak difasilitasi.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi profesional dengan tema Keterampilan komunikasi, indikatornya adalah kemampuan menyesuaikan cara berkomunikasi dengan kondisi peserta didik untuk menciptakan suasana belajar yang partisipatif.

(A) Skor 5 - Mengubah pendekatan dengan menggunakan analogi atau visualisasi sederhana merupakan strategi yang kuat karena mampu menjembatani pemahaman siswa dari abstrak ke konkret. Ini menciptakan momen pembelajaran yang inklusif dan menstimulasi keterlibatan aktif tanpa tekanan.

(B) Skor 2 - Mengulangi pertanyaan dengan intonasi lebih tinggi hanya menambah tekanan tanpa memberikan kejelasan tambahan, dan berisiko membuat siswa semakin enggan menjawab.

(C) Skor 3 - Memberikan jeda lebih lama memang dapat membantu proses berpikir siswa, namun tidak cukup efektif jika pemahaman dasarnya belum ada. Ini solusi yang netral, tetapi tidak menyelesaikan kebingungan.

(D) Skor 1 - Meminta siswa secara acak menjawab bisa menciptakan keterlibatan spontan, tetapi berisiko menciptakan tekanan atau rasa takut, terutama jika mereka belum memahami materinya.

(E) Skor 4 - Memberikan petunjuk tambahan membantu membangun kepercayaan diri siswa, namun belum tentu menyelesaikan kebingungan secara menyeluruh seperti analogi yang kontekstual.

Pembahasan:

Soal ini menguji Keterampilan komunikasi profesional, khususnya bagaimana guru dapat mengelola percakapan yang menyimpang dengan tetap menghargai minat siswa sambil menjaga fokus pelajaran.

(A) Skor 3 - Menyampaikan bahwa akan dibahas jika waktu cukup adalah jawaban netral, namun bisa jadi siswa merasa tidak pasti apakah pertanyaannya benar-benar akan ditanggapi.

(B) Skor 2 - Menjawab sebagian besar pertanyaan dapat menciptakan kesan positif pada Andin, tapi berisiko mengalihkan fokus pelajaran dan membuat siswa lain kehilangan arah.

(C) Skor 4 - Memberikan ruang eksplorasi pribadi dalam bentuk tugas adalah pendekatan baik yang menghargai minat siswa sambil tetap mengarahkan pembelajaran sesuai tujuan.

(D) Skor 5 - Opsi ini menunjukkan keseimbangan antara menghargai minat individu dan menjaga struktur pembelajaran. Bu Desi tetap menyambungkan minat siswa ke materi pokok dan membuka ruang eksplorasi lebih lanjut tanpa mengganggu kelas.

(E) Skor 1 - Mengalihkan topik ke kolonialisme modern demi relevansi bisa memicu diskusi yang makin jauh dari RPP, dan mengganggu capaian indikator pembelajaran.

Pembahasan:

Soal ini menilai Kompetensi profesional dalam komunikasi, khususnya bagaimana guru merespons isyarat verbal dan non-verbal dari siswa sebagai tanda ketidakpahaman.

(A) Skor 1 - Melanjutkan dengan istilah ilmiah lengkap dan mempercepat tempo justru berpotensi makin menjauhkan siswa dari pemahaman dan membuat mereka semakin pasif.

(B) Skor 5 - Menggunakan contoh dari kehidupan nyata adalah strategi komunikasi yang efektif untuk menjembatani pemahaman konsep abstrak, tanpa mengorbankan muatan ilmiah.

(C) Skor 4 - Bertanya ulang tentang bagian yang tidak dipahami menunjukkan keterbukaan dan responsif terhadap kebutuhan siswa, meskipun belum langsung memberi solusi konkret seperti ilustrasi.

(D) Skor 2 - Diskusi kelompok dapat memfasilitasi saling belajar, tetapi bisa memakan waktu dan tidak langsung menjawab permintaan siswa untuk penjelasan yang lebih sederhana.

(E) Skor 3 - Menyimpulkan poin dan membuka sesi tanya jawab bisa membantu, namun tidak langsung merespons permintaan siswa untuk penjelasan yang lebih mudah dipahami.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi profesional dengan tema keterampilan komunikasi, khususnya dalam situasi pembelajaran kolaboratif. Indikatornya adalah kemampuan guru mengelola komunikasi kelas agar semua siswa mendapatkan kesempatan berbicara secara adil, sekaligus mempertahankan motivasi siswa yang aktif.

(A) Skor 4 - Menyampaikan bahwa setiap orang diberi waktu sama dan meminta Raka menunggu giliran bersifat adil dan langsung. Ini mendorong kesadaran seluruh kelas tentang aturan komunikasi, meskipun bisa terasa mengoreksi Raka di depan umum.

(B) Skor 1 - Menghentikan diskusi dan memberi tugas individual bukanlah solusi komunikasi yang konstruktif. Pendekatan ini menghindari masalah dan kehilangan potensi pengembangan keterampilan komunikasi siswa secara langsung.

(C) Skor 5 - Mengajak Raka bicara setelah kelas dan menyarankan agar ia menahan diri demi memberi ruang pada teman lain menunjukkan keterampilan komunikasi interpersonal yang tinggi. Strategi ini menghargai antusiasme Raka secara pribadi tanpa mempermalukannya di depan kelas, dan memberi ruang siswa lain berpartisipasi.

(D) Skor 3 - Memberikan pujian kepada Raka lalu menunjuk siswa lain cukup baik untuk menjaga semangat Raka dan memberi giliran ke siswa lain. Namun, pendekatan ini hanya solusi sesaat dan tidak menyentuh akar masalah perilaku dominan Raka.

(E) Skor 2 - Membuat aturan tentang pengurangan nilai partisipasi dapat membuat siswa berpikir ulang sebelum mendominasi, tetapi cenderung bersifat represif dan berisiko menurunkan semangat berbicara secara umum.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Profesional dengan tema Kemampuan Pemecahan Masalah. Indikatornya adalah kemampuan guru mengevaluasi efektivitas metode pembelajaran dan menciptakan solusi kreatif saat siswa belum memahami materi. Soal ini menuntut guru untuk menganalisis situasi pembelajaran dan merancang tindakan inovatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(A) Skor 2 - Memberikan PR tambahan bisa memberi latihan, tetapi tidak menjawab akar masalah pemahaman yang lemah karena metode sebelumnya belum efektif.

(B) Skor 1 - Melanjutkan ke topik berikutnya tanpa menyelesaikan masalah pemahaman justru bisa memperparah kesulitan siswa dalam memahami materi lanjutan.

(C) Skor 5 - Mengganti pendekatan dengan simulasi visual dan permainan angka akan membantu siswa membangun pemahaman konsep secara konkret dan menyenangkan, terutama untuk materi abstrak seperti permutasi dan kombinasi.

(D) Skor 3 - Mengulang penjelasan dengan bahasa sederhana dan menambahkan sesi tanya jawab dapat membantu sebagian siswa, tetapi ini masih menggunakan pendekatan yang hampir sama.

(E) Skor 4 - Memberi tugas kelompok dengan pendekatan saling menjelaskan dapat memperkuat pemahaman melalui pembelajaran kooperatif, meskipun tetap butuh pengawasan agar kelompok efektif.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Profesional dalam Kemampuan Pemecahan Masalah, khususnya pada aspek adaptasi guru terhadap kendala teknis tanpa mengorbankan tujuan pembelajaran. Guru dituntut mengevaluasi kondisi yang tidak ideal dan tetap mampu menyampaikan materi secara efektif.

(A) Skor 2 - Mengubah menjadi waktu bebas menunjukkan fleksibilitas, tetapi pembelajaran menjadi tidak terarah dan kehilangan tujuan utamanya.

(B) Skor 4 - Memberi tugas menggambar yang masih relevan dengan tema adalah bentuk adaptasi yang baik untuk menjaga keterlibatan siswa, walaupun transfer konsep mungkin tidak optimal.

(C) Skor 1 - Menunda pembelajaran justru mengabaikan waktu belajar yang tersedia dan menunda pencapaian tujuan.

(D) Skor 3 - Menceritakan ulang isi video dan berdiskusi bisa menjadi pilihan masuk akal, namun keterbatasan visualisasi mungkin membuat siswa kurang tertarik.

(E) Skor 5 - Menyediakan aktivitas alternatif dengan alat peraga langsung menjaga efektivitas pembelajaran meskipun tanpa video. Strategi ini menunjukkan kesiapan dan kemampuan improvisasi guru.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi profesional dalam Kemampuan Pemecahan Masalah, terutama kemampuan guru menerjemahkan materi abstrak menjadi pengalaman belajar kontekstual dan bermakna. Soal ini menuntut guru menciptakan solusi kreatif dan relevan agar siswa memahami makna dari materi yang dipelajari.

(A) Skor 5 - Merancang eksperimen langsung dengan bahan rumah tangga adalah metode pembelajaran kontekstual yang dapat menstimulasi pemahaman dan minat siswa terhadap kimia dalam kehidupan nyata.

(B) Skor 3 - Mencari referensi dan mempresentasikannya bisa memperluas pengetahuan, namun belum tentu meningkatkan pemahaman jika siswa tidak mampu mengaitkan konsep.

(C) Skor 2 - Kuis aplikatif bisa membantu evaluasi, tapi tidak cukup kuat untuk membangun pemahaman jika konsep belum ditanamkan secara mendalam.

(D) Skor 1 - Menambahkan lebih banyak contoh dari buku adalah bentuk pengulangan yang tidak banyak membantu jika metode dasarnya masih membuat siswa menghafal.

(E) Skor 4 - Diskusi kelompok untuk mengidentifikasi larutan di sekitar adalah strategi kooperatif yang mendorong berpikir kritis dan keterhubungan dengan dunia nyata.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi Profesional dengan tema Kemampuan kerja sama tim. Indikator yang diuji adalah kemampuan berkompromi dan menciptakan solusi kolaboratif dalam perbedaan pendekatan kerja antar guru.

(A) Skor 2 – Menyarankan hanya memilih satu pendekatan justru dapat meniadakan potensi kolaborasi yang bisa memperkaya materi pembelajaran.

(B) Skor 1 – Menyampaikan perbedaan ke kepala sekolah terlalu cepat dapat memperbesar jarak antar anggota tim dan menghambat sinergi. Belum menunjukkan kemampuan menyelesaikan konflik secara langsung dalam tim.

(C) Skor 4 – Membuat dua versi dapat menjadi solusi adaptif, tetapi kurang efektif untuk menciptakan modul terpadu yang kolaboratif dan hemat sumber daya.

(D) Skor 5 – Mengajak berdiskusi untuk menggabungkan pendekatan dan mencari keseimbangan menunjukkan sikap terbuka, kooperatif, dan berorientasi pada hasil bersama.

(E) Skor 3 – Membagi tanggung jawab tanpa kolaborasi berisiko membuat modul menjadi tidak utuh dan kurang terintegrasi antar bagian.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan kerja sama lintas peran di lingkungan sekolah. Indikator yang diuji adalah kemampuan guru dalam mengintegrasikan peran guru BK, orang tua, dan pendekatan pedagogis dalam mendukung pembelajaran.

(A) Skor 3 – Latihan tambahan bisa membantu, tetapi belum menyentuh akar masalah yang berkaitan dengan kondisi emosional.

(B) Skor 5 – Pendekatan kolaboratif dengan guru BK dan orang tua menunjukkan pemahaman menyeluruh terhadap kebutuhan siswa serta peran tim dalam proses pendidikan.

(C) Skor 2 – Meminta bantuan teman sebangku bukan solusi terstruktur dan berisiko memberi tekanan pada siswa lain.

(D) Skor 4 – Konsultasi dengan guru BK mendukung sisi emosional, namun masih terpisah dari aspek pembelajaran di kelas.

(E) Skor 1 – Fokus pada nilai tanpa memperbaiki proses belajar tidak membantu perkembangan jangka panjang siswa.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan kerja sama tim dan pengelolaan beban kerja yang adil dalam kegiatan sekolah. Indikatornya adalah kemampuan untuk bersikap terbuka, komunikatif, dan menjaga produktivitas tim.

(A) Skor 2 – Menunggu reaksi tim tanpa komunikasi aktif bisa memperburuk kelelahan dan menurunkan semangat kerja.

(B) Skor 4 – Meminta pengurangan tugas langsung menunjukkan keberanian, namun kurang melibatkan semua pihak dalam evaluasi bersama.

(C) Skor 5 – Mengajak diskusi bersama tim mencerminkan sikap terbuka, solutif, dan mendorong kesetaraan dalam kerja tim secara keseluruhan.

(D) Skor 3 – Membuka komunikasi dengan satu rekan baik, tapi belum menjawab tantangan struktural dalam pembagian kerja tim.

(E) Skor 1 – Mengurangi kualitas pekerjaan bukan solusi yang sehat dan dapat berdampak negatif pada hasil acara.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi profesional dengan tema Penguasaan terhadap substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran, indikatornya adalah bagaimana guru mampu menjelaskan konsep sastra yang tidak tersedia dalam buku teks dan mengaitkannya dengan pembelajaran aktual secara mendalam. Guru diharapkan dapat menganalisis pertanyaan siswa dan menciptakan solusi yang memperkaya pemahaman sastra.

(A) Skor 5 - Menjelaskan langsung dengan contoh relevan dari puisi Chairil Anwar lain menunjukkan penguasaan terhadap karya sastra angkatan 45, serta memperluas wawasan siswa dari materi inti ke konteks yang lebih luas.

(B) Skor 4 - Mengajak siswa berdiskusi merupakan cara aktif membangun pemahaman, tetapi efektivitasnya bergantung pada kesiapan siswa dalam mengeksplorasi makna sastra.

(C) Skor 2 - Menunda penjelasan untuk jenjang lebih tinggi menunjukkan keterbatasan dalam fleksibilitas mengembangkan materi sesuai kebutuhan siswa saat ini.

(D) Skor 1 - Memberikan penjelasan umum tanpa contoh konkret dapat membuat siswa kehilangan konteks dan melemahkan esensi pembelajaran sastra berbasis teks.

(E) Skor 3 - Menyarankan pencarian mandiri dapat melatih kemandirian, namun tidak serta-merta menjawab pertanyaan saat itu dan guru kehilangan momen menjelaskan substansi sastra.

Pembahasan:

Soal ini menilai kemampuan guru dalam mengevaluasi sumber belajar dan memperbarui materi dengan informasi ilmiah terkini sebagai bentuk penguasaan terhadap ilmu yang diajarkan. Guru perlu menciptakan solusi yang kontekstual dan berbasis data mutakhir.

(A) Skor 4 - Memberikan tugas membandingkan isi buku dengan informasi daring memberi pengalaman belajar mandiri yang kritis, namun tidak langsung menjawab kebutuhan informasi dari guru.

(B) Skor 5 - Menyusun materi tambahan berdasarkan informasi terbaru lalu menyajikannya secara interaktif menunjukkan profesionalisme tinggi dan inisiatif aktif untuk memperkaya pembelajaran.

(C) Skor 2 - Mengatakan bahwa data lama masih berlaku tidak menunjukkan penguasaan terhadap dinamika isu terkini.

(D) Skor 1 - Mengalihkan pembahasan ke isu lain berpotensi melewatkan kesempatan membahas fenomena penting secara aktual dan relevan.

(E) Skor 3 - Membacakan kutipan berita menambah wawasan aktual, namun kurang mendalam dibanding penyusunan ulang materi.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kemampuan guru dalam menciptakan solusi pedagogis berbasis pemahaman konseptual mendalam terhadap substansi matematika. Guru perlu membantu siswa membangun keterkaitan antarkonsep agar tidak hanya menghafal rumus, melainkan memahami esensinya.

(A) Skor 2 - Menjawab bahwa keterkaitan tidak perlu ditekankan saat ini bisa membatasi siswa memahami integrasi konsep dalam matematika.

(B) Skor 1 - Menghindari pembahasan grafik sama sekali menunjukkan kurangnya penguasaan menyeluruh terhadap substansi materi.

(C) Skor 3 - Menunda penjelasan dengan alasan urutan materi dapat mengurangi antusiasme siswa dalam mengeksplorasi keterkaitan konsep saat itu.

(D) Skor 4 - Memberikan tugas mengaitkan grafik dan persamaan membantu memperluas pemahaman, meski tidak seefektif jika dijelaskan langsung dalam kelas.

(E) Skor 5 - Menyajikan keterkaitan antara bentuk aljabar dan grafik parabola menunjukkan pemahaman menyeluruh dan membantu siswa mengintegrasikan konsep yang telah dan sedang dipelajari.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi profesional dengan tema Penguasaan terhadap struktur serta metodologi keilmuannya, terutama kemampuan guru dalam memastikan siswa memahami pendekatan ilmiah secara menyeluruh.

(A) Skor 2 - Memberikan ringkasan sebelum praktikum dapat membantu, tetapi belum melibatkan proses berpikir ilmiah secara aktif dari siswa.

(B) Skor 1 - Video referensi pasif tidak cukup menggali pemahaman siswa terhadap konsep ilmiah secara mendalam.

(C) Skor 3 - Menilai laporan cukup baik, namun jika tidak didampingi diskusi atau refleksi, siswa bisa tetap hanya menulis tanpa memahami.

(D) Skor 5 - Diskusi pre dan post praktikum memungkinkan siswa memahami struktur metode ilmiah, dari perumusan hipotesis hingga kesimpulan.

(E) Skor 4 - Tes awal bisa memancing ketertarikan dan mengetahui titik awal pemahaman, tapi belum cukup menggambarkan pendekatan metodologis keilmuan.

Pembahasan:

Soal ini menilai bagaimana guru menunjukkan penguasaan terhadap metodologi sejarah: pemilahan fakta, analisis sumber, dan refleksi kritis.

(A) Skor 5 - Pendekatan ini menekankan pemahaman sejarah sebagai ilmu dengan metode kritik sumber dan tafsir. Siswa diajak membedakan antara fakta dan interpretasi melalui pendekatan ilmiah.

(B) Skor 2 - Buku teks penting, namun mengandalkan satu narasi tidak cukup untuk menumbuhkan pemahaman historis objektif.

(C) Skor 3 - Dokumenter membantu secara visual, tetapi tetap perlu dipadukan dengan pendekatan ilmiah agar tidak sekadar menerima informasi mentah.

(D) Skor 4 - Diskusi memperkaya sudut pandang, meskipun harus dilandasi dengan analisis sumber agar tidak bersifat opini subjektif semata.

(E) Skor 1 - Hanya mengandalkan satu sumber tidak mencerminkan struktur keilmuan sejarah yang mensyaratkan kritik terhadap berbagai sumber.

Pembahasan:

Soal ini mengukur bagaimana guru menunjukkan pemahaman tentang struktur dan metodologi ilmu matematika, terutama logika dan penalaran deduktif.

(A) Skor 2 - Latihan soal berguna, namun tanpa membimbing logika berpikir, siswa hanya terbiasa mengerjakan soal bukan berpikir seperti matematikawan.

(B) Skor 1 - Menghafal lewat mindmap tidak cukup menumbuhkan kemampuan berpikir logis dan sistematis dalam konteks logika matematika.

(C) Skor 5 - Pendekatan ini sangat kuat karena membangun proses berpikir deduktif dan menulis argumen logis yang mencerminkan metodologi matematika.

(D) Skor 3 - Tabel kebenaran memang alat bantu penting, tapi jika tidak dibarengi pembiasaan menalar bisa membuat siswa hanya mekanistik.

(E) Skor 4 - Permainan bisa jadi pengantar menarik, meski tetap perlu dilanjutkan dengan latihan berpikir logis mendalam.

Pembahasan:

Soal ini mengukur pemahaman Kompetensi profesional dengan tema Penguasaan terhadap karakteristik dan cara belajar peserta didik. Indikator yang diuji adalah kemampuan guru untuk menyusun pendekatan pembelajaran yang adaptif terhadap perbedaan gaya belajar siswa.

(A) Skor 2 - Hanya menyediakan media tambahan bagi siswa tertentu tidak menciptakan lingkungan belajar yang inklusif secara menyeluruh.

(B) Skor 5 - Merancang kegiatan dengan beragam media pembelajaran merupakan pendekatan terbaik karena menjangkau semua gaya belajar secara menyeluruh dan menyatu dalam proses pembelajaran utama.

(C) Skor 1 - Penjelasan lisan dan tes objektif tidak cukup menjangkau siswa dengan kebutuhan belajar visual atau kinestetik. Strategi ini bisa membuat siswa tertentu tertinggal.

(D) Skor 4 - Mengelompokkan siswa memungkinkan pembelajaran lebih terarah, tetapi bisa menimbulkan labelisasi atau keterbatasan interaksi lintas gaya belajar.

(E) Skor 3 - Memberikan opsi belajar memang memberi keleluasaan, tetapi tidak menjamin pengalaman pembelajaran kolaboratif dan menyeluruh di kelas.

Pembahasan:

Soal ini mengukur Kompetensi profesional dalam memahami karakteristik peserta didik, khususnya pada pembelajaran inklusif. Guru diharapkan mampu menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai kekuatan belajar siswa, bukan hanya kelemahannya.

(A) Skor 3 - Memberikan ringkasan yang meringankan beban membaca, namun masih berbasis teks, yang bukan kekuatan utama Saka.

(B) Skor 1 - Memberi waktu tambahan membaca di luar jam pelajaran berisiko menambah beban dan tidak menyelesaikan kendala utama Saka.

(C) Skor 2 - Format cetak yang dimodifikasi lebih ramah, namun tetap tidak sepenuhnya menjawab kekuatan utama Saka dalam menyerap materi secara verbal.

(D) Skor 5 - adalah pilihan terbaik karena mengintegrasikan media audiovisual yang selaras dengan kekuatan utama Saka (pembelajar verbal dan visual) sekaligus tetap memberi manfaat untuk seluruh siswa melalui diskusi aktif.

(E) Skor 4 - memberi dukungan interpersonal yang relevan, tetapi bergantung pada orang lain dan tidak mendorong kemandirian belajar siswa secara optimal.

Pembahasan:

Soal ini mengukur kompetensi profesional guru dalam merespons perbedaan kemampuan dan kebutuhan belajar siswa dalam satu kelas. Guru perlu menyeimbangkan pengayaan untuk siswa cepat belajar sambil tetap menjaga proses belajar untuk siswa lainnya.

(A) Skor 5 - Soal eksploratif yang menantang dan terintegrasi dalam rencana pembelajaran adalah pendekatan yang memperhatikan kebutuhan Nadine sekaligus menjaga irama kelas secara keseluruhan.

(B) Skor 3 - Tugas rumah tambahan menjaga kesibukan, tetapi tidak menjamin pembelajaran bermakna atau terintegrasi.

(C) Skor 2 - Mendorong membantu teman bisa positif secara sosial, tetapi tidak menjawab kebutuhan intelektual Nadine.

(D) Skor 1 - Menyuruh Nadine menunggu tidak produktif dan bisa membuatnya kehilangan semangat belajar.

(E) Skor 4 - Belajar mandiri bermanfaat, namun tanpa bimbingan guru bisa membuat kesalahpahaman konsep.